Thursday, September 23, 2010

06. Kerjasama Tidak Harus Konflik

Dalam mengerjakan suatu tugas besar, kita pasti berhubungan/bekerjasama dengan orang lain. Nah… seringkali kita berpikir bahwa konflik terjadi pada saat kita berhubungan/bekerjasama dengan orang lain. Bahkan kita menganggap bahwa konflik adalah suatu hal yang wajar

Adalah suatu keganjilan dalam berpikir, bahwa “konflik adalah suatu yang wajar pada saat kita bekerja sama dengan orang lain”. Keganjilan tersebut dapat kita validasi dengan perasaan kita. Dalam hati kecil, saat terjadi konflik dengan orang lain, pasti kita akan merasakan hal yang tidak enak. Jika kita diminta memilih, tentu kita memilih untuk tidak ada konflik. Saat terjadi konflik, kita menjadi lebih sulit untuk berhubungan/bekerjasama dengan orang lain; dan jika konflik menjadi lebih parah, apakah tugas besar bisa terselesaikan?; dan apakah kita masih berpikir bahwa konflik adalah suatu yang wajar?

Umumnya, konflik terjadi karena kita berpikir bahwa tingkah laku atau jalan pikiran orang lain tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita menganggap orang lain berpikir atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai (dengan yang kita pikirkan/inginkan).

Hal pertama yang perlu dilakukan untuk menghindari/mengatasi konflik adalah berpikir bahwa kita tidak dapat mengubah kepribadian orang lain. Jangan sampai kita berpikir bahwa kita tidak mau bekerjasama dengan orang lain, karena alasan kepribadiannya.

Dengan memiliki buah pikiran bahwa kita tidak cocok dengan kepribadian orang lain, kita sudah mengizinkan sosok/bibit konflik, hadir di antara diri kita dan orang lain. Buah pikiran yang perlu kita miliki adalah: “Dengan sikap rendah hati, di dalam setiap kesempatan berhubungan dengan (kepribadian) orang lain, kita selalu akan mendapatkan satu hal/informasi/pengalaman/pelajaran berharga.”  

Singkat kata, kerjasama yang baik dapat dilakukan, jika kita senantiasa memiliki buah pikiran “kita belajar dari orang lain” daripada memiliki buah pikiran “kita ingin mengajar/berusaha mengubah orang lain”.