Sunday, July 18, 2021

07. Do your best...

Selain perasaan "senang" (happy),  perasaan positif yang sangat disarankan oleh Orangtua kepada anak-anak adalah "bergairah" (zeal) dan "bersemangat" (enthusiasm).


Jika kita merasa bergairah dan bersemangat, setidaknya ada tiga keuntungan/manfaat yang akan didapatkan. 

Manfaat pertama, ketakutan dan kecemasan yang sedang kita alami menjadi netral. Saat kita bergairah dan bersemangat, kondisi pikiran kita sedang terfokus pada suatu titik/topik yang spesifik. Bayangkan ketika kita sedang bergairah dan bersemangat mendiskusikan suatu topik yang bermakna/menarik dengan sahabat, anak, atau dengan Orangtua. Inspirasi yang didapatkan dari fokus pada titik/topik yang bermakna/menarik, membuat pikiran kita bekerja. Saat kita bergairah dan semangat terhadap titik/topik, kita melupakan hal-hal di luar titik/topik tersebut; termasuk lupa terhadap permasalahan yang membuat kita ketakutan/cemas.

Manfaat kedua, hubungan kita dengan sosok tertentu menjadi dekat. Jika kita masih memiliki kesempatan hidup di dunia ini dalam hitungan hari (kurang dari satu minggu), siapa sosok yang kita inginkan untuk "bersama" kita? Saat kita bergairah dan bersemangat, akan muncul kekuatan/tenaga untuk melakukan pelayanan. Pelayanan (berupa memberikan tindakan/kata-kata/raut wajah/pikiran/vibrasi yang positif), akan membuat sosok yang kita inginkan ada "bersama" di saat akhir kehidupan, menjadi semakin nyata. Jika kita boleh memilih satu diantara Tuhan/Orangtua, Saudara, Anak; siapa yang akan kita pilih untuk dekat dan "bersama" kita di akhir kehidupan? 

Manfaat ketiga, berbagai rintangan dan hambatan akan terlewati. Gairah dan semangat membuat kita bagaikan berada dalam arena permainan. Pernah merasakan berada di area halang/rintang dalam suatu arena permainan, Bro.... Bayangkan lagi di Dufan, Bro... Ingat masa kecil kita, ketika berada di area permainan halang/rintang...  sampai sore/malam pun kita betah. Dengan gairah dan semangat kita, tampaknya halang/rintang justru membuat kita merasa tertantang/tertarik untuk melewatinya. Demikian pula setelah kita melalui halang/rintang tersebut, bukannya udahan ketika dipanggil/disuruh pulang, ehhh... malahan minta nyoba lagi dan nyoba lagi... (untung Orangtua kita dengan sabar menunggu dan senang melihat anak-anaknya bermain)


Oke Mas Bro. / Mba' Sis., alami gairah dan semangat sepanjang hari sejak pagi hari... Orangtua selalu berpesan untuk selalu bagun pagi; miliki gairah dan semangat untuk beraktivitas sejak pk. 04.00 pagi... wow 👍😇


Masa-masa pandemi ini, adalah waktu yang paling pas, paling baik, untuk tetap bergairah dan bersemangat... 


09. gairah dan semangat membuat kita tidak takut...

02. gairah dan semangat membuat kita bisa melayani sosok yang kita kasihi...

10. gairah dan semangat membuat kita mampu melewati halangan/rintangan...

Sunday, July 11, 2021

06. Juara ke - 1, ke - 2, ke - 3 ada.... Lha... Juara ke - 6, emang ada?

Kehidupan ini seperti Perlombaan

PERSAMAAN antara kehidupan dan perlombaan, setidaknya ada dua hal, yaitu: (a) dalam hal tujuan/harapan dan (b) dalam hal rasio jumlah pemenang/jumlah peserta. 

(a) Dalam hal tujuan/harapan. Baik dalam kehidupan dan perlombaan, harapan kita tidak hanya sekadar berpartisipasi sebagai peserta, tetapi kita berharap sebisamungkin menjadi pemenang. 

(b) Dalam hal rasio antara jumlah pemenang/jumlah peserta. Baik dalam kehidupan dan perlombaan, rasio antara jumlah pemenang/jumlah peserta, selalu kecil. Jumlah pemenang selalu lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah peserta.


Lalu, apa perbedaannya antara Kehidupan dan Perlombaan?


PERBEDAANNYA, dalam hal: (a) jumlah pemenang dan (b) kriteria/definisi pemenang.

(a) Dalam konteks perlombaan, jumlah pemenang biasanya berkisar antara 1, 2, 3, dengan sebutan Juara 1, Juara 2, Juara 3. Kalau pun ternyata juri ingin menambah jumlah pemenang, predikat diganti dengan juara harapan (Juara Harapan 1, 2, 3). He he he... jarang kita dengar Juara 4, Juara 5, dst. 

Nah, dalam konteks kehidupan, pemenang bisa banyak Bro... tidak dibatasi dengan jumlah tiga pemenang. Sejauh kita berusaha dalam kehidupan, kita bisa menjadi pemenang... 


(b) Kriteria/definisi pemenang. Jika mengacu kepada oympiade motto, dalam perlombaan kriteria pememang umumnya berdasarkan kecepatan (citius), ketinggian (altius), dan kekuatan (fortius). 

Nah dalam kehidupan, kriterianya beda Bro... Menurut Ayah, dalam kehidupan kriterianya lebih mudah. Kriteria/definisi pememang adalah menjadi sosok yang berfungsi seimbang (balance)... walaupun tampak sederhana, tetapi jangan anggap remeh, Bro...  

Seimbang (balance) antara hubungan Vertical dan hubungan Horizontal.

Hubungan Vertical dioperasionalisasikan dengan selalu mengingat (remember) sosok Orangtua / sosok Sang Sumber Kehidupan, sosok yang maha pengasih dan penyayang.

Hubungan Horizontal dioperasionalisasikan dengan selalu memiliki restu baik, tidak berpikiran buruk kepada Bro. & Sis (sesama anak-anak).

Ibarat Teori dan Praktik... Hubungan Vertical = Teori dan Hubungan Horizonal = Praktik.


Yuk.. kita cek, apakah penerapan hubungan Vertical dan hubungan Horizontal kita sudah seimbang?

Mudah-mudahan kita semua bisa seimbang, dan kita semua menjadi pemenang...  

Sunday, July 4, 2021

10. Jalan ToL = rute Tercepat (Hemat Waktu) atau rute Terpendek (Hemat Energi)? (ToL = Tax on Location)

Dalam SETIAP perjalanan, kita bisa menempuh dua rute... 

Rute Terpendek, dan rute Bukan Terpendek.

Ketika kita menempuh rute Bukan Terpendek, waktu dan energi akan lebih banyak terkonsumsi daripada menempuh rute Terpendek. 


Rute Terpendek dan rute Bukan Terpendek adalah analogi yang diberikan oleh Ayah saya ketika Beliau mengajarkan arti Toleransi.


Saat kita bertoleransi, kita memilih untuk menempuh rute Terpendek. 

Bagaimana maksudnya?


Toleransi, ditandai dengan kemampuan kita memahami konteks, menemukan esensi/inti dari konteks. 


Misalnya

Anak mau memakan makanan A

Orang tua tidak mau anak memakan makanan A


Perlu Toleransi? 

ya...


Apa esensi/intinya?

Apakah makanan A?

tampaknya bukan...


Perlu kita sepakati bahwa esensi/inti dari suatu pembicaraan bukanlah hal yang terlihat secara fisik.

Esensi/inti pada suatu konteks, bersifat buah pikiran, yang disertai suatu bentuk perasaan dari suatu kebutuhan psikologis (psychological needs) 


Sebagai orang tua, sekiranya kita bisa memahami apa yang sedang terlintas di layar pikiran anak, bagaimana perasaan yang dialami anak sebagai refleksi dari kebutuhan psikologis (psychological needs) yang dimilikinya... (seperti kita menonton film, apa yang terlintas di layar, perasaan yang kita alami, sebenarnya adalah refleksi dari pesan yang akan disampaikan oleh aktor)


Kegiatan mencoba memahami isi pikiran, mencoba merasakan apa yang dialami oleh orang lain, dalam psikologi disebut sebagai Empati (Empathy). 

Hasil dari proses empathy, sebenarnya lebih jauh lagi adalah memahami esensi/inti apa kebutuhan psikologis dari orang lain. 

Saat kita berusaha/mencoba untuk berempati; kemampuan toleransi kita akan semakin terlatih. 


Bro & Sis... 

mencoba memahami isi pikiran dan isi perasaan orang lain adalah pintu masuk memahami kebutuhan psikologis dari seseorang...

memahami kebutuhan psikologis dari seseorang, adalah pintu masuk dalam membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhannya...

memenuhi kebutuhan psikologis seseorang, bukan berarti kita harus menyetujui kebutuhan fisiknya, seperti apa yang disampaikan. 


Berdasarkan asumsi di atas, orang tua memang tidak harus memenuhi makanan yang diinginkan oleh si Anak, dalam kasus:

Anak mau memakan makanan A

Orang tua tidak mau anak memakan makanan A


Anak mengemukakan keinginannya... (bukan) hanya sekadar untuk dipahami, tetapi kadang ingin dipenuhi apa yang menjadi kebutuhannya (kebutuhan psikologis). 


Jika di mata anak, kita sebagai orang tua terlihat berusaha untuk memahami, walau tidak sampai pada tahap menuruti keinginannya, sering kali anak sudah merasa terpehuni kebutuhan psikologisnya; misalnya kebutuhan untuk diperhatikan dan kebutuhan untuk diajak bermain... misalnya lho ya...

Di antara dua kebutuhan tersebut, kebutuhan untuk diajak bermain, boleh jadi menjadi esensi/inti di balik konteks yang disampaikan oleh anak... 

Permasalahnnya, kebutuhan psikologis tidak se-simpel kebutuhan untuk diajak main... ada banyak kebutuhan psikologis, Bro & Sis., misalnya:

01. Kebutuhan untuk dipuji

02. Kebutuhan untuk dibantu

03. Kebutuhan untuk dimaklumi

04. Kebutuhan untuk suasana yang menyenangkan

05. Kebutuhan untuk merasa bebas/tidak terkukung

06. Kebutuhan untuk ditemani

07. Kebutuhan untuk disemangati

08. Kebutuhan untuk diceritakan tentang kebenaran yang terjadi di masa lalu

09. Kebutuhan untuk berterus terang (dan tidak dimarahi)

10. Kebutuhan untuk dimaafkan

11. Kebutuhan untuk merasa nyaman

12. Kebutuhan untuk merasa dilindungi

- dst., dst.


Jadi, kembali dengan analogi rute; di saat anak menyampaikan keinginannya, dan di saat kita menanggapi, kita bisa menempuh dua rute: rute Terpendek atau rute Bukan Terpendek.


Saat kita menempuh rute Terpendek, kita akan bisa langsung berusaha memahami apa isi pikiran dan bagaimana perasaan yang dialaminya... kita berusaha mengidentifikasi kebutuhan psikologis anak; kita bisa bersama berdiskusi mencari solusi yang mungkin bersifat kompromi.   


Nah... saat kita menempuh rute Bukan Terpendek, kita akan muter-muter Bro..., ibarat dari Jakarta mau ke Bogor, lewat jalan biasa Bukan Tol. .... udah jauh, lama, muacet, banyak perempatan, dll. 

Saat menanggapi si anak, belum selesai apa yang disampaikan anak, kita sudah menolak, mencari alasan penolakan kita, mencari apa kelemahan dari apa yang disampaikan anak..., Di ujung diskusi, kadang kita punya prinsip, "pokoknya .... ", dst., dst.

Ujungnya cape' lah Bro... Kita banyak kehabisan energi...


Rute Bukan Terpendek = menghabiskan lebih banyak waktu dan energi.

Rute Terpendek = menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi.

Kalaupun keduanya boleh jadi berpotensi ada kemacetan, kalau dibandingkan rumusannya ya tetap sama.


Hemat waktu dan energi = Menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi;

Menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi = menempuh rute Terpendek;

Menempuh rute Terpendek = Tidak muter-muter;  

Tidak muter-muter = Memahami esensi/inti; 

Memahamai esensi/inti = Bertoleransi;

Bertoleransi = Hemat waktu dan energi.