Monday, November 2, 2015

09. Berangkat Pagi, Pulang Malam... Pantang Pulang sebelum Tinggalkan Beban

Sebuah kalimat yang tidak lengkap, pernah disampaikan oleh orang tua kepada kami anak-anak, “Nak, pada saat awal kita berangkat dari rumah, sebaiknya kita TIDAK membawa ...; demikian pula pada saat akhir kita harus pulang ke rumah, kita juga TIDAK (boleh) membawa .... “

Ketika adik saya bercerita kepada teman-temannya mengenai kalimat yang tidak lengkap tersebut, teman-teman adik saya sedikit bingung... “maksudmu opo toh Bro? mbo’ ya kalau cerita itu yang konkret-konkret wae Bro...”

Supaya kalimat tersebut bisa dipahami, kami mendiskusikan lebih lanjut. Di saat asyik berdiskusi, adik saya berkata, “Bro.., mungkin perlu ada tambahan dua kata ya; yaitu di antara kalimat orang tua kita, perlu tambahan kata, misalnya kata ‘BEBAN’ atau kata ‘MASALAH’”; sehingga kalimatnya menjadi seperti:

  • Kata “BEBAN”. Kalimatnya menjadi: “Pada saat awal kita berangkat dari rumah, sebaiknya kita tidak membawa BEBAN apapun; demikian pula pada saat akhir, kita harus pulang ke rumah, kita tidak (boleh) membawa BEBAN apapun”;
  • Kata “MASALAH”. Kalimatnya menjadi: “Pada saat awal kita berangkat dari rumah, sebaiknya kita tidak membawa MASALAH apapun; demikian pula pada saat akhir, kita harus pulang ke rumah, kita tidak (boleh) membawa MASALAH apapun."

Dengan penambahan dua kata tersebut, adik saya langsung berniat sharing kembali kepada teman-temannya: “Bro.., saya akan ceritakan kembali ke teman-teman, Bro... mudah-mudahan akan lebih clear”  :-)

Setelah adik saya menceritakan penambahan kedua kata tersebut... teman-temannya kemudian bertanya lebih lanjut: “lalu... apa yang boleh kita bawa saat kita ‘berangkat dari’ dan saat kita ‘pulang menuju’ rumah, Bro?”

Adik saya dan teman-temannya kemudian berdiskusi kembali sekitar 12 menit. 
Berdasarkan diskusi, setidaknya ada empat point yang mereka catat, sehubungan dengan pertanyaan "apa yang boleh kita bawa saat kita ‘berangkat dari’ dan saat kita ’pulang menuju’ rumah?"  
Mereka sepakat bahwa yang boleh dibawa, saat ‘berangkat dari’ dan saat ’pulang menuju’ rumah, adalah NILAI, khususnya NILAI nomor 01, 04, 09, dan 12”.

  • Nilai nomor 01 adalah nilai Kehormatan (Respect); berangkatlah dengan membawa berbagai peralatan (keistimewaan/kehormatan) mu; dan pulanglah dengan kepastian bahwa kehormatanmu tetap terjaga;  
  • Nilai nomor 04 adalah nilai Keceriaan (Happiness); berangkatlah dengan membawa keranjang yang berisi buah keceriaan; dan pulanglah dengan keranjang yang tetap berisi buah keceriaan. (jangan khawatir bahwa buah keceriaan di dalam keranjang akan habis... keceriaan adalah buah yang ajaib bersifat anomali... semakin buah keceriaan dibagikan kepada lingkungan sekitar, semakin buah keceriaan tersebut bertambah jumlahnya);
  • Nilai nomor 09 adalah nilai Kebersihan/Kesucian/Kejujuran (Honesty); berangkatlah dengan menggunakan pakaian (hati/pikiran/jasmani) yang bersih/suci; dan pulanglah juga dengan pakaian (hati/pikiran/jasmani) yang tetap bersih/suci;
  • Nilai nomor 12 adalah nilai Kesejukan/Ketenangan/Kedamaian (Peace); berangkatlah dengan kata-kata, pandangan mata, dan sikap yang membuat orang rumah merasa tenang/damai; dan pulanglah juga dengan kata-kata, pandangan mata, dan sikap yang membuat seisi rumah merasa tenang/damai.

Jadi Bro... buat kita refleksikan bersama, saat “berangkat dari” dan “pulang ke” rumah, ada hal-hal yang TIDAK Boleh kita bawa; dan ada hal-hal yang Boleh, atau bahkan justru Harus kita bawa.

ok Bro... selalu siapkan diri untuk seketika berpulang / pulang ke rumah ya...

Sunday, April 5, 2015

02. Berkorban = Sangat Beruntung; Menjadi Korban = ?

Orang tua saya berkata:, "Berbagai peristiwa, khususnya peristiwa baik yang telah kita alami, berhubungan dengan satu kata, yaitu: 'Pengorbanan' atau 'Berkorban'"

Menurut orang tua saya, pengorbanan atau berkorban adalah usaha memberikan tiga hal-baik kepada pihak lain, yaitu:(a) buah pikiran yang baik, atau memberikan buah pikiran (good wishes); (b) kata-kata yang baik, atau bertutur kata secara benar, jujur, namun tetap santun; dan (c) perbuatan (action) yang positif, atau melakukan perbuatan yang mendukung perbaikan lingkungan menjadi lebih baik.

Kata "Pengorbanan" yang diucapkan oleh orang tua saya, terus terang membuat saya begadang... saya memikirkan kata tersebut hingga larut malam. Kata "Pengorbanan" menimbulkan pertanyaan di benak saya: “Apakah ada hal-hal yang masih bisa kita korbankan, selain tiga hal di atas (buah pikiran yang baik, kata-kata yang baik, dan perbuatan yang positif)?”

Apakah waktu, uang, darah, jiwa-raga, dsb., juga dapat kita korbankan?

Pertanyaan lebih lanjut yang muncul adalah,
  • apakah hal-hal tersebut (waktu, uang, darah, jiwa-raga) perlu kita korbankan juga? 
  • apakah hal-hal tersebut adalah sesuatu yang baik (+) atau sesuatu yang buruk (-) untuk dikorbankan? 
Misalnya... “mengorbankan waktu tidur”;  apakah “mengorbankan waktu tidur” adalah sesuatu yang baik (+); atau adalah sesuatu yang buruk (-)?

Di sela-sela waktu begadang, diskusi bersama mama Ayu sepertinya cukup menarik dan membawa inspirasi.

Hasil diskusi dengan mama Ayu, menghasilkan dua point pemikiran, yaitu:
  1. Nilai positive atau negative dari suatu pengorbanan, BUKAN pada hal (materi) yang kita korbankan; hal / materi apapun yang kita korbankan, bisa memiliki nilai positive, atau bisa juga memiliki nilai negative.
  2. Nilai positive atau negative dari suatu pengorbanan, terletak pada dua hal, yaitu: (a) Tujuan/Target Pengorbanan dan (b) Intensi/Niat Pengorbanan. Gambaran lebih lanjut kedua hal tersebut, dapat dilihat pada tabel di berikut ini.

Hal yang Membedakan
Materi / Hal
yang Dikorbankan
Nilai Pengorbanan
Negative
Nilai Pengorbanan
Positive
Tujuan Pengorbanan
misalnya:


Waktu Tidur


Jiwa-Raga
untuk Diri Pribadi


Mengorbankan Waktu Tidur
demi Kesenangan Pribadi

Mengorbankan Jiwa-Raga
demi Keuntungan Pribadi /
demi Kesenangan yang Dijanjikan 
Bukan untuk Diri Pribadi/
untuk Menegakkan Nilai

Mengorbankan Waktu Tidur
demi Tanggung Jawab

Mengorbankan Jiwa-Raga
sebagai Wujud Cinta-Kasih 
/ demi Kejujuran-Kebenaran
Intensi Pengorbanan
misalnya:

Uang

Darah
Tidak Disengaja

Tidak Sengaja Kecopetan Uang

Kecelakaan Lalu Lintas,
sehingga terjadi Pendarahan 
Disengaja

Sengaja Mendonasikan Uang

Sengaja Turut Serta 
dalam Aksi Donor Darah

Mungkin ada banyak hal lain yang membedakan nilai positive atau negative dari suatu pengorbanan... Namun mohon maaf... saya sudah mengantuk, Bro... hehehe...mengorbankan waktu begadang :-)

Prinsipnya, lebih baik saya mengorbankan waktu begadang malam ini, supaya bisa bangun pagi esok hari... demi menegakkan nilai... setidaknya nilai responsibility :-)

Sebagai penutup, satu hal lagi yang saya ingat dari orang tua saya, yaitu: “melalui pengorbanan, sense (points of knowledge atau kebijaksanaan) dapat berubah menjadi essence (embodiment of power atau perwujudan sebagai sosok yang bijaksana).