Sunday, July 4, 2021

10. Jalan ToL = rute Tercepat (Hemat Waktu) atau rute Terpendek (Hemat Energi)? (ToL = Tax on Location)

Dalam SETIAP perjalanan, kita bisa menempuh dua rute... 

Rute Terpendek, dan rute Bukan Terpendek.

Ketika kita menempuh rute Bukan Terpendek, waktu dan energi akan lebih banyak terkonsumsi daripada menempuh rute Terpendek. 


Rute Terpendek dan rute Bukan Terpendek adalah analogi yang diberikan oleh Ayah saya ketika Beliau mengajarkan arti Toleransi.


Saat kita bertoleransi, kita memilih untuk menempuh rute Terpendek. 

Bagaimana maksudnya?


Toleransi, ditandai dengan kemampuan kita memahami konteks, menemukan esensi/inti dari konteks. 


Misalnya

Anak mau memakan makanan A

Orang tua tidak mau anak memakan makanan A


Perlu Toleransi? 

ya...


Apa esensi/intinya?

Apakah makanan A?

tampaknya bukan...


Perlu kita sepakati bahwa esensi/inti dari suatu pembicaraan bukanlah hal yang terlihat secara fisik.

Esensi/inti pada suatu konteks, bersifat buah pikiran, yang disertai suatu bentuk perasaan dari suatu kebutuhan psikologis (psychological needs) 


Sebagai orang tua, sekiranya kita bisa memahami apa yang sedang terlintas di layar pikiran anak, bagaimana perasaan yang dialami anak sebagai refleksi dari kebutuhan psikologis (psychological needs) yang dimilikinya... (seperti kita menonton film, apa yang terlintas di layar, perasaan yang kita alami, sebenarnya adalah refleksi dari pesan yang akan disampaikan oleh aktor)


Kegiatan mencoba memahami isi pikiran, mencoba merasakan apa yang dialami oleh orang lain, dalam psikologi disebut sebagai Empati (Empathy). 

Hasil dari proses empathy, sebenarnya lebih jauh lagi adalah memahami esensi/inti apa kebutuhan psikologis dari orang lain. 

Saat kita berusaha/mencoba untuk berempati; kemampuan toleransi kita akan semakin terlatih. 


Bro & Sis... 

mencoba memahami isi pikiran dan isi perasaan orang lain adalah pintu masuk memahami kebutuhan psikologis dari seseorang...

memahami kebutuhan psikologis dari seseorang, adalah pintu masuk dalam membantu orang lain dalam memenuhi kebutuhannya...

memenuhi kebutuhan psikologis seseorang, bukan berarti kita harus menyetujui kebutuhan fisiknya, seperti apa yang disampaikan. 


Berdasarkan asumsi di atas, orang tua memang tidak harus memenuhi makanan yang diinginkan oleh si Anak, dalam kasus:

Anak mau memakan makanan A

Orang tua tidak mau anak memakan makanan A


Anak mengemukakan keinginannya... (bukan) hanya sekadar untuk dipahami, tetapi kadang ingin dipenuhi apa yang menjadi kebutuhannya (kebutuhan psikologis). 


Jika di mata anak, kita sebagai orang tua terlihat berusaha untuk memahami, walau tidak sampai pada tahap menuruti keinginannya, sering kali anak sudah merasa terpehuni kebutuhan psikologisnya; misalnya kebutuhan untuk diperhatikan dan kebutuhan untuk diajak bermain... misalnya lho ya...

Di antara dua kebutuhan tersebut, kebutuhan untuk diajak bermain, boleh jadi menjadi esensi/inti di balik konteks yang disampaikan oleh anak... 

Permasalahnnya, kebutuhan psikologis tidak se-simpel kebutuhan untuk diajak main... ada banyak kebutuhan psikologis, Bro & Sis., misalnya:

01. Kebutuhan untuk dipuji

02. Kebutuhan untuk dibantu

03. Kebutuhan untuk dimaklumi

04. Kebutuhan untuk suasana yang menyenangkan

05. Kebutuhan untuk merasa bebas/tidak terkukung

06. Kebutuhan untuk ditemani

07. Kebutuhan untuk disemangati

08. Kebutuhan untuk diceritakan tentang kebenaran yang terjadi di masa lalu

09. Kebutuhan untuk berterus terang (dan tidak dimarahi)

10. Kebutuhan untuk dimaafkan

11. Kebutuhan untuk merasa nyaman

12. Kebutuhan untuk merasa dilindungi

- dst., dst.


Jadi, kembali dengan analogi rute; di saat anak menyampaikan keinginannya, dan di saat kita menanggapi, kita bisa menempuh dua rute: rute Terpendek atau rute Bukan Terpendek.


Saat kita menempuh rute Terpendek, kita akan bisa langsung berusaha memahami apa isi pikiran dan bagaimana perasaan yang dialaminya... kita berusaha mengidentifikasi kebutuhan psikologis anak; kita bisa bersama berdiskusi mencari solusi yang mungkin bersifat kompromi.   


Nah... saat kita menempuh rute Bukan Terpendek, kita akan muter-muter Bro..., ibarat dari Jakarta mau ke Bogor, lewat jalan biasa Bukan Tol. .... udah jauh, lama, muacet, banyak perempatan, dll. 

Saat menanggapi si anak, belum selesai apa yang disampaikan anak, kita sudah menolak, mencari alasan penolakan kita, mencari apa kelemahan dari apa yang disampaikan anak..., Di ujung diskusi, kadang kita punya prinsip, "pokoknya .... ", dst., dst.

Ujungnya cape' lah Bro... Kita banyak kehabisan energi...


Rute Bukan Terpendek = menghabiskan lebih banyak waktu dan energi.

Rute Terpendek = menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi.

Kalaupun keduanya boleh jadi berpotensi ada kemacetan, kalau dibandingkan rumusannya ya tetap sama.


Hemat waktu dan energi = Menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi;

Menghabiskan lebih sedikit waktu dan energi = menempuh rute Terpendek;

Menempuh rute Terpendek = Tidak muter-muter;  

Tidak muter-muter = Memahami esensi/inti; 

Memahamai esensi/inti = Bertoleransi;

Bertoleransi = Hemat waktu dan energi.