Sunday, March 28, 2021

04. Bagaimana Menjalani Masa Pensiun dengan Bahagia?

Hari ini, saya membaca catatan Ayah bagaimana kondisi psikologis yang dimilikinya di saat-saat akhir masa kehidupannya (waktu itu, ia sedang dalam masa pensiun). 

Dalam catatannya, Ayah saya menyatakan bahwa di akhir kehidupan, kondisi terbaik adalah kondisi sebagai Raja Rishis. (kalau boleh diterjemahkan kira-kira artinya adalah seorang Raja yang sangat berkuasa; namun sekaligus adalah seorang Resi/Pendeta yang sangat sederhana)

Waktu membaca catatan masa pensiun Ayah saya, saya jadi teringat tahapan perkembangan psikologi menurut Erik Homburger Erikson mengenai tahapan perkembangan psikologis pada orang usia lanjut. 

Menurut Ko Erik (panggilan sok akrab saya kepada Om Erik Erikson), tahapan usia lanjut di mulai sejak usia 65 tahun (hehehe... sama dengan usia pensiun dosen yang memiliki tingkat pendidikan Doktor, namun belum mencapai jenjang Guru Besar; kalau Guru Besar / Profesor, katanya secara resmi akan pensiun di usia 70 tahun; Nomor Induk Dosen Nasional [NIDN] yang dimilikinya akan berakhir pada usia tersebut)

Menurut Ko Erik, kondisi psikologis yang terbaik untuk orang-orang usia lanjut (65 tahun ke atas) adalah berada pada tahapan kebijaksanaan (wisdom) atau minimal mencapai kondisi ego integrity

Ego integrity adalah kondisi pada saat seseorang mencapai integrasi / kesatuan / titik temu / kompromi antara hal-hal yang diinginkan (kondisi ideal) dengan hal-hal nyata yang dihadapinya (kondisi real).

Dalam kondisi ego integrity, seseorang mampu MENERIMA sepenuhnya seluruh proses kehidupan yang sudah dilalui:

- menerima hal yang sudah dicapai dan hal yang belum tercapai;

- menerima peristiwa menyenangkan dan peristiwa yang menyakitkan;

- menerima siapa yang mendukung/mendekati dan siapa yang menentang/menjauhi;

- menerima berbagai penyebab dan akibat dari perilaku kita di masa lalu;

- menerima cara / metode yang sesuai dengan ide pribadi maupun cara / metode yang tidak sesuai dengan ide pribadi;

- menerima dsb. - dsb.nya


Singkat kata begini... udahlah Bro. ... di masa pensiun, nggak perlu mikirin lagi apa-apa yang masih belum kesampaian (belum ideal) dalam kehidupan ini. 


Di laman Erik Homburger Erikson, dijelaskan lebih lanjut bahwa jika seseorang berhasil mencapai kondisi ego integrity, baru ia akan mencapai kebijaksanaan (wisdom).  (wisdom sebagai hasil dari ego integrity)

Nah.... di sini serunya... syarat agar seseorang dapat mencapai kebijaksanaan adalah orang tersebut memiliki ego integrity (bisa menerima/mengintegrasi antara kondisi ideal dan kondisi real). 

Dari catatan Ayah, saya mendapatkan insight, bahwa syarat mendasar agar seseorang bisa menjadi bijaksana (wisdom) adalah ia mampu mancapai tahap ego integrity

Ego integrity yang dimiliki seseorang, akan membuat orang tersebut mampu menerima berbagai kondisi kehidupannya, ia dapat menerima berbagai kondisi (real) yang dihadapinya sebagai kondisi terbaik (ideal) yang dapat dicapainya.


Untuk mencapai kondisi mampu menerima berbagai kondisi, Ayah saya memberikan satu tips, yaitu: Ia melepas/menanggalkan ketertarikan terhadap hal-hal yang bersifat terbatas. (terbatas = bersifat sementara = akan hancur seiring dengan berjalannya sang Waktu = seperti hal-hal terkait fisik / tubuh). 

Katakanlah Beliau memiliki sesuatu, tetapi perhatian Beliau tidak tertarik terhadap sesuatu tersebut; 

Konsep tidak tertarik bukan harus diartikan menjauh dari sesuatu tersebut, tetapi bisa juga diartikan sebagai kondisi tidak terikat.

Dalam hitungan waktu, tanda tidak terikat adalah melepaskan/melupakan sesuatu, dalam hitungan satu detik. Berapa lama kita langsung bisa mencapai tahapan melupakan apa yang (seolah-olah) kita miliki? 


Di catatan Ayah sebelumnya, saya sering membaca istilah: melihat tetapi tidak melihat; lalu istilah mendengar tetapi tidak mendengar.... Hari ini saya merasa mendapatkan validasi terhadap istilah tersebut:

- melihat sih melihat, tetapi tidak tertarik / tidak terikat dengan apa yang kita lihat; 

- mendengar sih mendengar, tetapi tidak tertarik / tidak terikat dengan apa yang kita dengar.

kayaknya cool nggak sih, Mas Bro. / Mba' Sist.?

(kalau ada pertanyaan bandel: lha... nanti kalau kita tidak tertarik, berarti kita jadi tidak konsentrasi donk?; hehehe. mohon izin menjawab dengan pernyataan yang juga bandel: mungkin lebih baik kita berkonsentrasi pada hal-hal yang lebih penting daripada konsentrasi terhadap sesuatu [hoax] yang membuat kita menunda tugas/pekerjaan kita)


Di saat Ia tidak lagi tertarik dengan kondisi yang terbatas (bersifat sementara); Ia merasa menjadi Raja atas dirinya sendiri. Ia mampu mengendalikan berbagai organ fisiknya (kebutuhan tubuh/fisiknya berada dalam kendali penuh); Ia juga merasa mampu mengendalikan sesuatu yang sangat halus (pikiran dan emosi yang dialaminya), sehingga Ia merasa menjadi sangat stabil dan sederhana bagaikan Rishis (seorang Resi/Pendeta). 

Bagaikan kehidupan di istana, seorang Raja bisa mengendalikan secara penuh dan memberikan perintah dengan penuh kharisma kepada para bawahannya. Tidak ada satupun bawahan yang berani menunda apalagi melawan perintah sang Raja. Perintah yang diberikan sang Raja, bukan membuat urusannya semakin rumit; tetapi membuat berbagai urusan menjadi lebih sederhana.... 


Selain kondisi Raja Rishis yang dialaminya, Ayah saya juga menceritakan bahwa di masa pensiun, hari-harinya diwarnai dengan kegiatan menyanyikan lagu kebahagiaan

Menurut Beliau, hingga masa pensiun ini, sudah banyak sekali keberuntungan / kebahagiaan yang Ia terima:

- Ia merasa banyak mencapai tanggung jawab / prestasi tertentu;

- Ia berhasil melalui berbagai peristiwa yang menegangkan, Ia tegar dalam berbagai peristiwa yang mengharukan, Ia banyak mengalami peristiwa (event) yang menyenangkan;

- Ia merasa orang-orang di sekitar sangat membantu/mendukungnya;

- Ia merasa sudah memahami hukum tertinggi dalam kehidupan (the law of karma);

- Ia merasa sudah banyak ide-idenya diterima oleh orang lain;

- dst.nya - dst.nya


Dalam kegiatan menyanyikan lagu kebahagiaan ini, menurut pengakuan Ayah, awalnya Ia merasa agak sulit... suaranya sering sumbang Bro. (maklumlah bukan penyanyi)


Tetapi setelah ia sering latihan, kok semakin lama semakin Ia merasa mudah dan semakin dapat menikmatinya... malah kalau tidak ada yang melihat, Ia mengaku sambil menyanyikan lagu kebahagiaan, Ia juga sambil menari-nari, Bro. 😄


Wow... dari cerita tersebut, tampak bahagia sekali masa pensiun Beliau... Semoga Ayah selalu berbahagia...😘😇🙏


Hehehe... jangan-jangan Ayah saya pernah kenalan/bertemu dengan Ko Erik (Erikson)... 😃