Monday, August 30, 2010

10. Tidak Memberi dan Tidak Menerima Kesedihan Orang Lain

Umumnya, kita berhati-hati untuk tidak memberikan kesedihan kepada orang lain; tapi kita lupa bahwa kadang-kadang kita justru mengambil kesedihan dari kata-kata dan perilaku orang lain. Kondisi ini dapat mengganggu batin kita sendiri; oleh karenanya, kita tidak dapat bekerja dengan efektif.

Kita perlu memberikan perhatian khusus untuk tidak mengambil kesedihan dari siapa pun, seperti halnya kita berhati-hati untuk tidak memberi kesedihan kepada orang lain. Kita perlu memastikan bahwa kita tidak mengambil kesedihan dalam bentuk apapun juga.

Mengambil kesedihan orang lain, seringkali berupa perasaan tersinggung, kecewa, dan sedih, pada saat kita menerima kritik dari orang lain. Kita perlu menyadari, bahwa kritik dari orang lain, umumnya karena mereka mengalami kondisi kesedihan dan kekecewaan.

Tidak mengambil kesedihan orang lain, berarti kita menjaga bahwa diri kita terbuka dan dapat menerima kritik, tanpa perlu disertai perasaan sedih dan kecewa (seperti yang sedang dialami oleh orang yang memberikan kritik). Kita harus siap menerima kritik yang datang, tanpa ada pikiran negatif, dengan semangat untuk berbuat yang benar, dan untuk melihat bahwa kita belajar sesuatu dari kritik tersebut.

Friday, August 27, 2010

08. Menjadi Idola dan Sumber Dukungan bagi Orang Lain

Ketika kita berusaha melakukan pengembangan diri dan bekerja dengan sungguh-sungguh, kita kadang-kadang menginginkan dukungan dan pengertian dari orang lain. Namun sayangnya, dukungan dan pengertian dari orang lain tersebut tidak selalu kita dapatkan.

Di lain waktu, kita merasa perlu ada seorang idola yang bisa diikuti; kita merasa perlu ada sosok yang menjadi teladan bagi banyak orang, dan dapat mengubah situasi. Ketika kita tidak menemukan orang seperti itu, boleh jadi kita berkecil hati dan kadang mengeluh bahkan menyalahkan keadaan yang ada. Kita sibuk menyalahkan pimpinan saat ini dan membenarkan bahwa pihak-pihak tersebut adalah orang-orang yang seharusnya bertanggung jawab.

Solusinya ternyata bukan terletak pada pihak-pihak yang kita harapkan. Solusinya terletak pada diri kita sendiri. Lebih baik kita mengharapkan diri kita sebagai model, idola, sumber inspirasi, dan sumber dukungan bagi orang lain. Lebih baik kita berhenti mengharapkan dan mengeluhkan orang lain untuk membuat suatu perubahan. Dalam hal ini, kita perlu memberikan perhatian ekstra kepada usaha yang sudah dan bisa kita lakukan dan kepada "sumber" dari usaha tersebut.

Dalam segala situasi, kita ingat saja bahwa Tuhan adalah teman dan "sumber" bagi kita dalam membuat berbagai usaha. Tuhan adalah model, idola, sumber inspirasi, dan sumber dukungan bagi kita. Ingatan tersebut akan membuat kita berhenti mengharapkan dan mengeluhkan orang lain untuk membuat suatu perubahan. Perubahan yang ideal, kita mulai dari diri sendiri :)

Thursday, August 26, 2010

10. Mengelola dan Mencegah Emosi Marah

Sebelum kita menjadi benar-benar marah, refleksi sejenak dari empat pertanyaan di bawah ini, dalam keadaan hening (± 5 menit), akan sangat membantu kita untuk menjadi lebih baik. Jangan biarkan diri kita larut/hanyut dalam keadaan yang lebih buruk. Silakah ingat-ingat empat pertanyaan refleksi ini :)

00. Seberapa yakin bahwa perdamaian adalah sifat asli diri kita?

01. Apa yang benar-benar menjadi sumber dan pemicu kemarahan kita?

02. Bagaimana kita memberitahu orang lain mengenai sumber dan pemicu kemarahan kita, dengan cara yang penuh cinta kasih dan sikap yang santun?

03. Bagaimana kita menyampaikan kepada orang lain bahwa kita sangat menghargai dan mengasihinya, apapun dan bagaimanapun kondisi yang ada?

Tuesday, August 17, 2010

09. Tindakan Positif = Pikiran/Maksud Baik + Kata-kata yang Santun

Untuk meningkatkan efektifitas dan keteguhan kata-kata kita kepada orang lain, kita perlu meng-integrasi-kan pikiran, kata-kata, dan perbuatan kita. Informasi, saran, apalagi koreksi/peringatan kita terhadap orang lain, perlu didasarkan atas maksud baik dan disertai dengan kesantunan dalam penyampaiannya.

Kita perlu memastikan bahwa informasi, saran, dan koreksi/peringatan yang kita sampaikan kepada orang lain, sesuai dengan tindakan/tingkah laku kita sehari-hari. Kondisi ini akan membuat kata-kata yang kita ucapkan secara santun, benar-benar efektif dan penuh kekuatan.