Sunday, February 21, 2021

02. Cintailah Diri Sendiri seperti Engkau Mencintai Orang Lain (kalimat segaja dibalik, bukan salah ketik / typo)

Kepada siapa kita harus berbuat baik?

Sejak masa anak-anak, kita diajarkan oleh Orangtua untuk berbuat baik kepada orang lain, kepada orang-orang di sekitar kita (pembantu, supir, ibu/bapak guru, teman/sahabat, dll.), dan kepada keluarga (adik, kakak, orangtua)...

Hari ini, Orangtua mulai mengajarkan kepada anak-anak yang manis bahwa jangan lupa untuk berbuat baik kepada diri sendiri...


iya serius... berbuat baik kepada diri sendiri...

Berbuat baik kepada diri sendiri = melayani diri sendiri = mencintai diri sendiri = berusaha menyempurnakan kualitas diri sendiri menjadi lebih baik ==> sehingga menjadi mampu menolong orang lain = mampu berbuat baik kepada orang lain = mampu melayani orang lain = mencintai orang lain.


Saya mulai mendapatkan insight: boleh jadi kita berhasil melayani orang lain oleh karena kita berhasil melayani diri sendiri = meningkatkan kualitas diri kita menjadi lebih baik. 


Kalau kita melayani diri, apanya dari kita yang paling perlu dilayani?

Hal yang paling perlu dilayani / disempurnakan dari diri sendiri adalah pikiran kita. 


Pikiran adalah komponen terpenting dari diri sendiri yang perlu mendapatkan pelayanan. 


Seringkali pikiran sudah melayani kita dengan baik... ehh... kita kelupaan untuk melayani pikiran kita. (nggak ada timbal balik Bro...) 


Lho... kok pikiran dilyanani.... aneh lo Bro...


Begini.... melayani pikiran dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian kepada pikiran; 

Memberikan perhatian kepada pikiran identik dengan memeriksa apa yang dibutuhkan oleh pikiran. Hehehe... seperti halnya kita melayani anak-anak, kita memberikan perhatian kepadanya, dan memeriksa apa kebutuhannya

Dengan cara yang sama, coba kita memberikan perhatian dan kita periksa apa kebutuhan pikiran...


Kalau saja kita punya waktu untuk memperhatikan pikiran, maka pikiran seolah-olah berdialog kepada kita dan sang pikiran mengemukakan kebutuhannya.


Bro... Masbro / Mba' Sist. .... saya (sang pikiran) sebenarnya ingin banget lima hal di bawah ini:


1. Dibuat simple / diistirahatkan oleh si empunya. Saya (sang pikiran) sebenarnya ingin tidak kecapekan mikiran itu, mikirin ini dalam waktu yang bersamaan; saya sangat senang berpikir fokus satu hal; tidak berpikir masa lalu, tidak berpikir masa depan; saya sangat senang hanya berpikir tentang apa yang saya perlu kerjakan hari, jam, atau detik ini; Saya sangat senang jika dikasih kesempatan untuk fokus pada satu tugas, maksimal 5 deh... tidak terlalu banyak pikiran / gagal fokuslah intinya; atau setidaknya dikasih kesempatan untuk beristriahat sejenak di tempat (seperti kalau Masbro lagi ikut upacara gitu lho... dikasih kesepatan oleh Kumendan.... istirahat di tempat..... grak !!!); Juga, kalau Masbro punya waktu, janganlah saya diajak begadang sampai malam; kasihanilah saya... beri saya waktu buat rebahan... hehehe... mosok yang rebahan Masbro aja..., sedangkan saya tetap disuruh kerja sampai lewat tengah malam (Masbro rebahan sambil denger berita, nonton, baca, dll.).

2. Disayang-sayang oleh si empunya. Dengan makanan/gizi yang sehat (baca: di-supply pengetahuan/berita-berita/informasi yang baik/bermutu). Begini lho Bro... saya (sang pikiran) bakalan makan apa saja kalau laper... jadi kalau bisa... sebelum laper, Masbro kasih makanan yang sehat penuh gizi yang baik... nanti kalau saya sudah kenyang, pasti saya tidak akan lagi makan-makanan yang kurang bergizi (junk food / baca: saya sang pikiran mengkonsumsi berita-berita/film/cerita/gosip/dll. yang kurang penting, yang sebenarnya kalau nggak ditonton pun nggak apa-apa; atau hindari memikirkan situasi yang tidak ada faedahnya bagi peningkatan kualitas hidup / quality of life).

3. Disapa oleh si empunya. Saya lihat Masbro itu suka ramah menyapa orang-orang di sekitar lho.... nah... saya juga sebenarnya ingin disapa Bro... misalnya cukup dengan kata-kata seperti ini: "Hallo pikiran... bagaimana kabar hari ini 😊 semoga sehat-sehat ya 😇; sedang mikirian apa sang pikiran?" Wahh... kalau saja Masbro punya waktu, sebenarnya saya ingin disapa kaya gitu lho... Masbro bisa melihat apa saja yang selama ini saya kerjakan... Masbro bisa membantu saya sang pikiran merapikan kamar-kamar / folder yang saya miliki. Yahh.. istilahnya bantu saya bersih-bersih gitulah... (baca: bersih-bersih pikiran) Hayolah Masbro... please... kapan pun punya waktu buat menyapa saya (sang pikiran), sapalah...  biar Masbro / Mba'sist. juga nggak merasa lonely gitu lho... 

4. Dihargai oleh si empunya. Begini Bro... mbok yao kalau Masbro mau melakukan hal penting Masbro melibatkan... mintalah kepada saya (sang pikiran) untuk mempertimbangkan dan memutuskan... atau.... di awal hari, mintalah kepada saya (sang pikiran) untuk merencanakan apa saja yang Masbro perlu lakukan hari ini. Anggap saja saya ini Sekretaris-Pribadi Masbro... di waktu-waktu tertentu, tanyakan kepada saya (sang pikiran), apa agenda Masbro hari ini... gitu lho Bro... jangan hari-hari berjalan seperti auto pilot... rutinitas... nanti kalau saya (sang pikiran) jarang dipakai, nanti pas mau dipakai macet lho... hehehe... 

5. Diajak berimajinasi oleh si empunya. Nah ini, sebenarnya hobi saya (sang pikiran), Bro... Bro. kalau sempat ngajak saya berimajinasi, saya akan sangat senang... saya senang sekali berimajinasi... ibaratnya kalau Masbro ngajak saya berimajinasi, seperti Masbro mengajak saya berwisata... berwisata ke kehidupan yang penuh kedamaian, kesenangan/kebahagiaan... orang-orang bilangnya diajak bermimpi... Percaya deh Bro... kalau Masbro sering ngajak saya wisata / berimajinasi ke dunia yang lebih baik, pasti nanti jadi kenyataan... kata orang: jangan pernah berhenti bermimpi...  jangan takut untuk bermimpi... suatu saat nanti mimpi Masbro akan menjadi kenyataan... kalau kata Eleanor Roosevelt begini: “The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams.” (Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan impian mereka)


Ok Masbro / Mba'sist. ... begitulah lima kebutuhan saya (sang pikiran), ...


Haayo Masbro/Mba'sist., luangkan waktu untuk memeriksa kebutuhan pikiran... sayangi dan layani pikiran Masbro/Mba'sist... 


Memperhatikan dan memeriksa kebutuhan pikiran kita = berbuat baik kepada diri kita = melayani diri kita = mencintai diri kita = berusaha menyempurnakan kualitas diri menjadi lebih baik.



Sunday, February 14, 2021

09. Self-Realization di Awal Tahun Baru Imlek 2021 / 2572

Masih dalam suasana Tahun Baru Imlek 2021. Biasanya di awal tahun baru, kita sering melihat/mendengar di antara kita saling memberikan restu baik/harapan/doa: Semoga tahun ini lebih baik .... lebih sejahtera... lebih beruntung... dst. dst.  

Tentu maksud dari restu baik/harapan/doa tersebut bukan sekadar situasi menjadi lebih baik, tetapi justru yang terpenting adalah kondisi diri (pikiran, emosi, kata-kata/perbuatan) kita yang menjadi lebih baik... lebih sejahtera.

Untuk proses menuju menjadi lebih baik, tampaknya kita membutuhkan self-realization.  

Kira-kira... apa sih maksud dari self-realization dalam artikel ini


Dari sekian panjang kali lebar kali tinggi pembahsaan mengenai self-realization, intinya self-realization adalah proses menghadirkan diri sendiri...

hehehe.... emangnya saat ini diri loe ke mana Bro.? nggak hadir apa? 😀


Untuk menjelaskan hal ini, coba kita eksperimen kecil pada diri (pikiran) sendiri ya Bro...

Coba sekarang inget-inget masa-masa kecil hingga masa dewasa yang pernah kita lalui.  

Menyadari dan mengingat masa-masa kecil kita hingga dewasa adalah proses self-realization

Kesadaran / ingatan terhadap hal-hal yang pernah kita alami tersebut adalah simulasi proses "menghadirkan" ...sekali lagi.... "menghadirkan"... diri kita. Kesadaran / ingatan terhadap hal-hal yang pernah kita alami adalah simulasi dari proses self-realization.

Lalu, kalau sudah self-realization gunanya apa?

Nah ini... kan katanya mau membuat diri menjadi lebih baik di tahun ini....


Jika diri kita mampu menghadirkan masa-masa kecil kita hingga dewasa (hadir di hadapan pikiran kita), maka kita akan bisa melakukan transformasi diri. (transformasi = membuat diri kita menjadi lebih baik / luhur)


Apa yang terjadi saat kita berusaha melakukan self-realization?

Saat kita melakukan self-realization, ingatan/kesadaran mengenai diri kita bergerak di antara dua kutub, yaitu: kutub kiri dan kutub kanan


Kutub kiri. Pada saat kesadaran/ingatan kita berada di kutub kiri, pikiran kita diingatkan bahwa kita sedang berada dalam kondisi yang sangat merosot / lemah. Kita akan melihat bahwa kondisi (keinginan, perasaan, dan pikiran) yang kita alami, berada di bawah pengaruh eksternal (situasi / orang lain). Kita merasa kurang memiliki kedaulatan diri; harga diri kita cenderung rendah. Artinya, kita cenderung berpikir bahwa diri kita banyak hal negatif. Kehidupan kerja kita negatif, kehidupan sosial kita negatif, kehidupan keluarga kita negatif,  dll. Intinya kita berpikir banyak hal negatif terkait diri kita. 

Saat kita punya waktu untuk diri kita sendiri, kita boleh mengakui secara jujur bahwa berbagai pengalaman yang ada (saat pikiran kita berada di kutub kiri) sebenarnya adalah akibat dari pilihan kita. Secara jujur kita boleh periksa bahwa berbagai pengalaman negatif yang kita alami sering kali terjadi sebagai akibat/konsekuensi dari usaha kita memenuhi/memuaskan keinginan, perasaan, atau hasrat dalam dalam pikiran kita; kita perlu menyadari bahwa kita telah mengizinkan diri kita berada di bawah pengaruh eksternal (situasi / orang lain). 

Pengalaman negatif yang kita alami boleh jadi karena kelemahan kita, namun kelemahan tersebut sebenarnya bukan milik kita. Namun oleh karena (pikiran dan emosi) kita sedang berada di bawah pengaruh eksternal, maka kelemahan yang kita alami tersebut seolah-olah menjadi milik kita. Saat kita menyadari/mengingat secara penuh bahwa berbagai kondisi yang sedang kita alami, adalah karena pilihan kita - bukan karena situasi atau kondisi orang lain - maka kita sedang dalam proses membebaskan diri dari kelemahan yang sedang kita alami. 


Nah, bagaimana jika saat kita melakukan self-realization, ingatan/kesadaran mengenai diri kita bergerak ke kutub kanan. 

Kutub kanan. Pada saat kesadaran kita berada di kutub kanan, umumnya kita akan mengingat hal-hal yang kita kuasai secara intelektual, kita merasa banyak pengetahuan yang kita miliki, kita merasa bahwa kita banyak memiliki kemampuan/keterampilan. Kita merasa superior, pintar, dan sangat percaya diri. Kita berpikir bahwa hal-hal yang sedang kita alami sepenuhnya berada di bawah pengaruh (internal) diri kita. Saat ingatan/kesadaran kita bergerak ke kutub kanan, kita cenderung merasa semangat, merasa bebas, boleh jadi merasa sangat positif

Namun demikian, saat kita merasa sangat positif dan hebat, kita perlu hati-hati dan perlu memastikan bahwa positivity kita perlu di-aktivasi pada seluruh aspek. Kalau kita sangat positif hanya pada aspek tertentu, maka aspek positif lainnya bisa jadi tertutupi atau berpotensi terabaikan. 

Misalnya, kita merasa sangat positif di aspek happiness (aspek No. 04), maka kondisi ini akan berisiko membuat aspek empathy/tolerance (aspek No. 10) terabaikan/terlupakan. Jadi ingatan pada kutub kanan, perlu kita waspadai

Saat kita punya waktu untuk diri kita sendiri, saat pikiran kita berada di kutub kanan, pastikan bahwa positivity yang kita miliki terdistribusi secara merata di berbagai aspek. Setidaknya terdistribusi pada tiga aspek, misalnya: 

  • (04) Happiness, (10) Tolerance, dan (02) Love;
  • (05) Freedom, (12) Peace, dan (07) Responsibility;
  • (06) Togetherness, (03) Humility, dan (08) Unity;

Misalnya lho...


Baik Mas Bro. / Mba' Sist... yuk kita berusaha melaku transformasi diri (self-transformation) menjadi lebih baik.

Self-transformation bisa dilakukan dengan dasar self-realization.

Diskusi (untuk penelitian lebih lanjut): Apakah ada hubungan antara self-realization dan self-actualization (dalam konsep Maslow's Hierarchy of Needs)?


hehehe... kok tiba-tiba sudah masuk sub-bab Diskusi...  


Friday, February 12, 2021

01. Continous Learning: Apa perlunya rajin belajar Ma / Pa?

Setiap orangtua selalu berpesan kepada anak-anaknya "Ayo Nak... rajin-rajin belajar ya...."


Lalu anak-anak bertanya: "Mengapa kita harus rajin belajar Pa/Ma?"

Orangtua menjawab: "iya, dengan rajin belajar kita akan mendapatkan pengetahuan/keterampilan"


Kemudian anak-anak bertanya kembali: "Lalu, kalau sudah mendapatkan pengetahuan/keterampilan untuk apa Pa/Ma?"

Orangtua menjelaskan dengan singkat namun penuh makna, mengapa pengatahuan adalah sesuatu yang sangat penting. 


Alasan pertama mengapa pengetahuan sangat penting adalah bahwa pengetahuan akan membawa kita mengerti terhadap apa yang kita lihat/dengar/sentuh/dll., hingga kita bisa mengambil keputusan. 

Orangtua mengatakan bahwa apa yang kita lihat/dengar boleh jadi akan membuat kita bahagia/senang. Namun, kebahagiaan/kesenangan tersebut tidak terlalu bermanfaat dan malahan bisa membuat kita salah arah, sakit, atau bermasalah dalam mengambil keputusan.

Semua yang terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, tersentuh indrawi kita bisa bersifat negatif (membawa masalah), atau bisa bersifat positif (membawa manfaat lebih lanjut). 

Pengetahuan membuat kita mengerti/memahami, membedakan, dan menemukan inti/kebenaran dari apa yang kita lihat / apa yang kita dengar.

Dalam istilah Metodologi Penelitian, pengetahuan akan membuat kita mampu melakukan berbagai validasi mengenai apa yang kita lihat / dengar / sentuh / dll. terkait proses indrawi. 

Dengan pengetahuan,  kesenangan/kebahagiaan yang didapat melalui proses melihat/mendengar, akan menjadi sejati tidak membuat kita salah arah, sakit, atau bermasalah (khususnya dalam proses mengambil keputusan). 

Contoh: Ketika kita melihat suatu jenis makanan, mungkin kita akan bahagia/senang. Dengan pengetahuan, maka jenis makanan yang kita lihat tersebut akan kita pahami: apakah akan membuat kita sehat, atau justru berpotensi membuat kita sakit. 

Ini adalah hal pertama mengapa Pengetahuan sangat Penting. Dengan pengetahuan, kita bisa lebih mengerti (hingga memanfaatkan) apa yang kita lihat/dengar.


Alasan ke dua mengapa Pengetahuan sangat penting adalah sebagai dasar dari kesuksesan yang kita peroleh. 

Dengan pengetahuan, kita berpotensi mendapatkan keterampilan tertentu.

Dengan keterampilan, berbagai tugas/tantangan akan dapat kita lalui; kita akan menjadi ahli, dan berprestasi. 

Tidak ada kesuksesan yang dicapai tanpa pengetahuan/keterampilan. 

Sukses = Penghasilan/Status 

Ya... kesuksesan kadangkala/seringkali dikaitkan dengan penghasilan/status. 


Penghasilan/Status dapat didasarkan atas salah satu atau kombinasi dari pengetahuan/keterampilan mengenai: 

01. Seni (Artistic)

02. Pelayanan Sosial (Social Service) --> Ahli mengenai Love

03. Sastra (Literary)

04. Terkait Kelucuan (Humor) --> Ahli mengenai Happiness

05. Metode Ilmiah (Scientific Method)

06. Musik (Musical)

07. Olahraga (Sport)

08. Keteknikan/Mekanika (Mechanical)

09. Presentasi/Persuasi (Persuasive) --> Ahli mengenai Honesty/Purity

10. Matematika/Komputasi (Computation)

11. Administratif (Clerical)

12. Spiritual --> Ahli mengenai Peace

dll.


Penghasilan bisa diartikan sebagai "Status/Kemuliaan" untuk kehidupan saat ini; atau bisa diartikan sebagai "Status/Kemuliaan" untuk kehidupan di masa yang akan datang

Anak-anak menginterupsi penjelasan Orangtua: "Lho... jadi bisa juga bukan untuk status/kemuliaan dalam kehidupan saat ini ya Pa/Ma?"

Orangtua menjawab dengan menggunakan analogi Hukum Kekekalan Energi (Conservation of Energy): Pengetahuan/keterampilan suatu bentuk energiKalau pengetahuan/keterampilan tersebut belum sempat dituai untuk kehidupaan saat ini, pengetahuan/keterampilan tersebut akan dituai di kehidupan mendatang.

Di akhir penjelasan, Orangtua mengajak kami anak-anak untuk berpikir lebih lanjut: 

"Pernah melihat bayi kecil mungil lahir di keluarga kerajaan / di keluarga yang sangat baik?"

"Kok ada bayi kecil mungil langsung lahir di keluarga kerajaan / di keluarga baik-baik?"

"Pernahkah melihat anak-anak yang penuh dengan karakter love, happy, honest, dan peace?"

".... baru lahir kok ya langsung sukses Bro. ... darimana / kapan anak-anak itu sempat belajar?"

"Ayo Nak... rajin-rajin belajar ya...."



Sunday, February 7, 2021

08. "Mens sana in corpore sano" hanyalah potongan. Lengkapnya bagaimana?

Hari ini, saya baru memahami diskursus mengenai kesehatan jiwa vs. kesehatan fisik?

Istilah Mens Sana in Corpore Sano yang sering diartikan "di dalam Tubuh yang Sehat terdapat Jiwa yang Kuat", dan dipergunakan untuk mendorong perlunya olah raga, ternyata hanya potongan kalimat.


Saya coba cek minimal langsung ke Wikipedia: https://en.wikipedia.org/wiki/Mens_sana_in_corpore_sano


Saya menemukan bahwa penjelasan asal-usul (origin) dari istilah tersebut sebenarnya adalah puisi / Satire X: Wrong Desire is the Source of Suffering


Puisi tersebut bicara mengenai apa / bagaimana seharusnya isi doa kita.... wahhh berat Bro...


Jadi kira-kira cuplikan puisinya begini: 


Orandum est ut sit mens sana in corpore sano.


Fortem posce animum mortis terrore carentem, 

qui spatium vitae extremum inter munera ponat naturae, 

qui ferre queat quoscumque labores,

nesciat irasci, 

cupiat nihil et potiores.


hehehehe... Bahasa Latin Bro... kita butuh translator, setidaknya Google Translator, Bro...


nah hasil terjemahannya, kurang lebih jadinya seperti ini Bro.:


Orandum est ut sit mens sana in corpore sano.

Berdoalah untuk roh/jiwa/mental yang sehat dalam tubuh yang sehat.


Fortem posce animum mortis terrore carentem, 

Mintalah kehidupan jiwa / mental yang (memiliki keberanian) tidak takut akan kematian,


qui spatium vitae extremum inter munera ponat naturae, 

yang berpikir bahwa kesehatan/umur panjang adalah karunia alam,


qui ferre queat quoscumque labores,

yang dapat menanggung segala jenis tugas/pekerjaan,


nesciat irasci, 

tidak mengenal murka (perasaan marah),


cupiat nihil et potiores.

tidak punya keinginan/nafsu.


Kira-kira demikian Bro... mudah-mudahan tidak jauh-jauh amat dari arti aslinya...


Tapi yang menarik perhatian saya adalah, jika kita berdoa dan boleh meminta, maka permintannya adalah mengenai karakteristik roh/jiwa yang sehat. Jiwa yang bagaimana? 


Jiwa/Mental yang sehat:

 

09. Jiwa yang pemberani (tidak takut)

04. Jiwa yang penuh syukur

07. Jiwa yang kuat / bertanggung jawab

03. Jiwa yang rendah hati

05. Jiwa yang bebas dari keinginan/nafsu


Jadi mengacu kepada teks awal mens sana in corpore sano, sebenarnya dalem maknanya Bro.: Berdoalah untuk roh/jiwa/mental yang sehat dalam tubuh yang sehat.


Saya mau tambahkan boleh ndak... dua tambahan ciri jiwa yang sehat:


Pertama, pikiran yang berkonsentrasi / tidak mengembara. Tanda jiwa yang sehat adalah ketika pikirannya tidak mengembara. Pikiran dapat dikendalikan oleh sang Jiwa; bukan sebaliknya: sang Jiwa yang dikendalikan oleh Pikiran. Jiwa yang sehat / kuat adalah ketika pikiran berada di bawah kendali, mampu berkonsentrasi (tidak mengembara) terhadap tugas / hal yang positif. Nah, lanjutannya adalah hipotesis: Pikiran yang mampu berkonsentrasi (tidak mengembara), akan membuat kondisi emosional menjadi stabil, tenang, dan damai.


Kedua, hubungan / relasi yang benar. Mungkin Mas Bro. / Mba' Sist. pernah mendengar peribahasa "Seribu Teman Kurang, Satu Musuh Kebanyakan". Intinya, yang kita butuhkan adalah teman yang baik (bukan musuh), anggaplah setiap orang teman. 

Kalau boleh sedikit saya tambahkan operasionalnya: 

  • Kalau kita punya 10 orang kenalan anggaplah 10 kenalan itu sebagai teman, tidak ada yang musuh. 
  • Kalau kita punya 100 kenalan, anggaplah 100 kenalanan itu teman, tidak ada yang musuh. 
  • Dst., kalau kita punya 1000, 10.000, 100.000 kenalan, semuanya anggap sebagai teman, tidak ada yang musuh.

Jadi seberapa sedikit / seberapa banyak banyak kenalan, bukan ukuran; yang menjadi ukuran adalah relasi yang sehat (sebagai teman). Hipotesis: semakin sedikit jumlah kenalan, semakin kecil kemungkinan ada salah satu teman yang berpotensi kesal terhadap kita; atau membuat kita kesal (kalau tidak mau dikatakan ada pihak yang berpotensi sebagai musuh). 

Jadi, kenalan sedikit tetapi baik-baik semua tampaknya malahan bagus ya 😃. Hehehe... Ayah saya sering berkata, lupakan semua hubungan yang sia-sia... Jalin hubungan dengan Jiwa Utama Sang Sumber Kehidupan dan Keluarga Ilahi. Hubungan/relasi ganda tersebut akan membuat kita terus-menerus berada dalam suasana cinta kasih, altruist, dan bekerjasama


Orandum est ut sit mens sana in corpore sano

Berdoalah untuk roh/jiwa/mental yang sehat dalam tubuh yang sehat.


Jiwa/Mental yang sehat:


09. Jiwa yang pemberani (tidak takut);

04. Jiwa yang penuh syukur;

07. Jiwa yang kuat / bertanggung jawab;

03. Jiwa yang rendah hati;

05. Jiwa yang bebas dari keinginan/nafsu;


01. Jiwa yang mampu mengendalikan pikiran;

06. Jiwa yang punya hubungan/relasi yang sehat.