Sunday, February 14, 2021

09. Self-Realization di Awal Tahun Baru Imlek 2021 / 2572

Masih dalam suasana Tahun Baru Imlek 2021. Biasanya di awal tahun baru, kita sering melihat/mendengar di antara kita saling memberikan restu baik/harapan/doa: Semoga tahun ini lebih baik .... lebih sejahtera... lebih beruntung... dst. dst.  

Tentu maksud dari restu baik/harapan/doa tersebut bukan sekadar situasi menjadi lebih baik, tetapi justru yang terpenting adalah kondisi diri (pikiran, emosi, kata-kata/perbuatan) kita yang menjadi lebih baik... lebih sejahtera.

Untuk proses menuju menjadi lebih baik, tampaknya kita membutuhkan self-realization.  

Kira-kira... apa sih maksud dari self-realization dalam artikel ini


Dari sekian panjang kali lebar kali tinggi pembahsaan mengenai self-realization, intinya self-realization adalah proses menghadirkan diri sendiri...

hehehe.... emangnya saat ini diri loe ke mana Bro.? nggak hadir apa? 😀


Untuk menjelaskan hal ini, coba kita eksperimen kecil pada diri (pikiran) sendiri ya Bro...

Coba sekarang inget-inget masa-masa kecil hingga masa dewasa yang pernah kita lalui.  

Menyadari dan mengingat masa-masa kecil kita hingga dewasa adalah proses self-realization

Kesadaran / ingatan terhadap hal-hal yang pernah kita alami tersebut adalah simulasi proses "menghadirkan" ...sekali lagi.... "menghadirkan"... diri kita. Kesadaran / ingatan terhadap hal-hal yang pernah kita alami adalah simulasi dari proses self-realization.

Lalu, kalau sudah self-realization gunanya apa?

Nah ini... kan katanya mau membuat diri menjadi lebih baik di tahun ini....


Jika diri kita mampu menghadirkan masa-masa kecil kita hingga dewasa (hadir di hadapan pikiran kita), maka kita akan bisa melakukan transformasi diri. (transformasi = membuat diri kita menjadi lebih baik / luhur)


Apa yang terjadi saat kita berusaha melakukan self-realization?

Saat kita melakukan self-realization, ingatan/kesadaran mengenai diri kita bergerak di antara dua kutub, yaitu: kutub kiri dan kutub kanan


Kutub kiri. Pada saat kesadaran/ingatan kita berada di kutub kiri, pikiran kita diingatkan bahwa kita sedang berada dalam kondisi yang sangat merosot / lemah. Kita akan melihat bahwa kondisi (keinginan, perasaan, dan pikiran) yang kita alami, berada di bawah pengaruh eksternal (situasi / orang lain). Kita merasa kurang memiliki kedaulatan diri; harga diri kita cenderung rendah. Artinya, kita cenderung berpikir bahwa diri kita banyak hal negatif. Kehidupan kerja kita negatif, kehidupan sosial kita negatif, kehidupan keluarga kita negatif,  dll. Intinya kita berpikir banyak hal negatif terkait diri kita. 

Saat kita punya waktu untuk diri kita sendiri, kita boleh mengakui secara jujur bahwa berbagai pengalaman yang ada (saat pikiran kita berada di kutub kiri) sebenarnya adalah akibat dari pilihan kita. Secara jujur kita boleh periksa bahwa berbagai pengalaman negatif yang kita alami sering kali terjadi sebagai akibat/konsekuensi dari usaha kita memenuhi/memuaskan keinginan, perasaan, atau hasrat dalam dalam pikiran kita; kita perlu menyadari bahwa kita telah mengizinkan diri kita berada di bawah pengaruh eksternal (situasi / orang lain). 

Pengalaman negatif yang kita alami boleh jadi karena kelemahan kita, namun kelemahan tersebut sebenarnya bukan milik kita. Namun oleh karena (pikiran dan emosi) kita sedang berada di bawah pengaruh eksternal, maka kelemahan yang kita alami tersebut seolah-olah menjadi milik kita. Saat kita menyadari/mengingat secara penuh bahwa berbagai kondisi yang sedang kita alami, adalah karena pilihan kita - bukan karena situasi atau kondisi orang lain - maka kita sedang dalam proses membebaskan diri dari kelemahan yang sedang kita alami. 


Nah, bagaimana jika saat kita melakukan self-realization, ingatan/kesadaran mengenai diri kita bergerak ke kutub kanan. 

Kutub kanan. Pada saat kesadaran kita berada di kutub kanan, umumnya kita akan mengingat hal-hal yang kita kuasai secara intelektual, kita merasa banyak pengetahuan yang kita miliki, kita merasa bahwa kita banyak memiliki kemampuan/keterampilan. Kita merasa superior, pintar, dan sangat percaya diri. Kita berpikir bahwa hal-hal yang sedang kita alami sepenuhnya berada di bawah pengaruh (internal) diri kita. Saat ingatan/kesadaran kita bergerak ke kutub kanan, kita cenderung merasa semangat, merasa bebas, boleh jadi merasa sangat positif

Namun demikian, saat kita merasa sangat positif dan hebat, kita perlu hati-hati dan perlu memastikan bahwa positivity kita perlu di-aktivasi pada seluruh aspek. Kalau kita sangat positif hanya pada aspek tertentu, maka aspek positif lainnya bisa jadi tertutupi atau berpotensi terabaikan. 

Misalnya, kita merasa sangat positif di aspek happiness (aspek No. 04), maka kondisi ini akan berisiko membuat aspek empathy/tolerance (aspek No. 10) terabaikan/terlupakan. Jadi ingatan pada kutub kanan, perlu kita waspadai

Saat kita punya waktu untuk diri kita sendiri, saat pikiran kita berada di kutub kanan, pastikan bahwa positivity yang kita miliki terdistribusi secara merata di berbagai aspek. Setidaknya terdistribusi pada tiga aspek, misalnya: 

  • (04) Happiness, (10) Tolerance, dan (02) Love;
  • (05) Freedom, (12) Peace, dan (07) Responsibility;
  • (06) Togetherness, (03) Humility, dan (08) Unity;

Misalnya lho...


Baik Mas Bro. / Mba' Sist... yuk kita berusaha melaku transformasi diri (self-transformation) menjadi lebih baik.

Self-transformation bisa dilakukan dengan dasar self-realization.

Diskusi (untuk penelitian lebih lanjut): Apakah ada hubungan antara self-realization dan self-actualization (dalam konsep Maslow's Hierarchy of Needs)?


hehehe... kok tiba-tiba sudah masuk sub-bab Diskusi...