Monday, January 15, 2024

05. Hal Negatif yang Perlu Dihindari

Mengapa hal negatif perlu kita cermati dan dihindari?

Saat menjawab pertanyaan tersebut, ada baiknya kita berikan definisi apa yang dimaksud dengan hal negatif. Dengan memaparkan contoh/definisi hal negatif, kita dapat mencermati dan melakukan usaha untuk mengantisipasinya. 

Setidaknya ada empat yang termasuk negatif yang perlu kita cermati dan antisipasi. 

(membicarakan hal negatif, termasuk berpikir negatif nggak ya? πŸ’πŸ˜)

1. Hal Negatif ke-1: Pikiran yang berfluktuasi. Pikiran yang berfluktuasi umumnya terjadi pada saat situasi sulit datang, ataupun pada saat situasi yang menarik/menggoda datang. Kedua kondisi tersebut dapat membuat pikiran kita menjadi berfluktuasi. Pikiran yang berfluktuasi ditandai dengan hilangnya konsentrasi, tidak fokus, dan akhirnya lupa dengan apa yang sudah ditetapkan sebagai tujuan (goal). Misalnya, besok pagi kita berencana untuk berolah raga. Namun pada malam hari, tidak sengaja muncul tontonan/acara yang menarik, sehingga rencana besok pagi untuk berolah raga menjadi batal; iya batal..., oleh karena bangun kesiangan😁Mangkenye, kalau sudah buat rencana, perlu diamankan agar pikiran tidak berfluktuasi ya Bro./Sis.

2. Hal Negatif ke-2: Emosi yang negatif "yang diekspresikan secara verbal". Emosi negatif yang diekspresikan adalah hal yang negatif. Emosi negatif mungkin tanpa sengaja dapat dirasakan... khususnya bagi Mba' Sis. / Bu Sis. yang datang bulan. Namun, saat emosi negatif tersebut diekspresikan "secara verbal", maka emosi negatif menjadi hal yang negatif, yang berpotensi merusak suasana. Suasana yang rusak oleh ekspresi emosi negatif, dapat membuat berbagai rencana tidak terlaksana, tidak tercapai, bahkan semakin menimbulkan emosi negatif. Jadi, saat merasakan emosi negatif, hal yang pertama perlu dilakukan adalah menyadari-nya... berikan "nama" pada emosi negatif yang dirasakan. Contoh "nama" emosi negatif: (1) jijik, (2) benci, (3) malu/minder, (4) sedih, (5) tertekan, (6) kesepian (lonely), (7) patah semangat, (8) tidak berdaya, (9) cemas/takut, (10) kecewa/marah, (11) tidak nyaman, (12) gelisah/galau. Nah, setelah emosi negatif tersebut diberi nama, coba deh cari penyebabnya... situasi/peristiwa apa yang kira-kira dapat menyebabkan munculnya emosi negatif tersebut... agar lebih konkret, tuliskan nama emosi negatif dan penyebabnya tersebut, dalam buku harian (diary). Melalui penulisan dalam buku harian (diary), emosi negatif yang berpotensi diekspresikan secara verbal, dapat dihindari. 

3. Hal Negatif ke-3: Pikiran bahwa orang lain memiliki satu kualitas kurang baik. Saat kita berpikir bahwa orang lain memiliki satu kualitas negatif, maka satu kualitas negatif tersebut akan melebar ke mana-mana, kepada penilaian umum mengenai orang tersebut. Kondisi ini disebut sebagai horn effect (https://en.wikipedia.org/wiki/Horn_effect). Kita menjadi menilai bahwa orang lain tersebut secara umum kurang baik, nggak ada baik-baiknya... satu pun sifat baik pada orang tersebut, nggak ada... padahal siapa tahu hal/apa yang kita butuhkan, ada pada orang tersebut. Misalnya, kita bermaksud memohon bantuan kepada seseorang; namun berdasarkan penawaran sebelumnya, orang tersebut menolak / menyatakan tidak bersedia / tampak gagal-tidak mampu. Nah... mungkin pada kesempatan pertama, boleh jadi orang lain tidak berkinerja dengan baik, siapa tahu karena sedang ada masalah/sakit/dll. Nah, bagaimana dengan kesempatan berikutnya pada jenis/bidang yang berbeda, dengan situasi/kondisi yang berbeda, dengan supervior/atasan atau tim yang berbeda, dengan peralatan kerja yang berbeda? dst.

4. Hal Negatif ke-4: Kebalikan dari Hal Negatif ke-3, yaitu rasa suka yang berlebihan kepada sesuatu/seseorang. Rasa suka yang berlebihan terhadap sesuatu/seseorang, dapat membuat kita berada dalam kondisi negatif, yaitu keterikatan. Kita mengetahui dan dapat merasakan bahwa keterikatan pada akhirnya adalah sesuatu yang tidak menyenangkan, yang membuat kita tidak ingin terbebas, namun apa daya sulit. Pada saat kita dalam kondisi terikat, kebahagiaan kita menurun. Kita menjadi kurang disiplin dalam mengerjakan agenda yang sudah direncanakan, kurang objektif / kurang lancar dalam berpikir, dll. Boleh direnungkan, darimana datangnya kondisi terikat tersebut? Kondisi terikat tersebut awalnya dimulai dari pikiran yang tertarik pada bentuk/fisik... Saat kita menyukai sesuatu/seseorang, rasa suka perlu didasari oleh kualitas/sifat non-fisik (menyenangkan, penuh insight, nyaman, dll. yang prinsipnya merupakan kualitas non-fisik). Rasa suka terhadap sesuatu yang bersifat non-fisik membuat kita dalam kondisi tidak terikat... membuat kita dapat menemukan esensi, dan mencari pengganti dari esensi tersebut. Jadi Mas Bro./Mba' Sis., jika tetap ingin mencapai optimal, kreatif, dan semangat dalam mencapai tujuan, pertahankan kondisi bebas tidak terikat. 

Woow.. sudah mau jam 13... yuk siap-siap kembali bertugas... πŸ˜πŸ€—πŸ‘‹

Saturday, January 13, 2024

01. Time is Money? --> 02. Time is Waktu?

Sering kita mendengar kata-kata / nasihat: "Jangan membuang-buang waktu, gunakan waktu dengan cara yang bermanfaat, waktu sangat berharga". Saking berharganya waktu buat para businessman atau para pekerja, waktu sering diidentikan dengan uang dengan slogan: "Time is Money".


hehehe... teman/sahabat saya waktu SMA mengatakan bahwa slogan yang benar adalah "Time is Waktu" 😁


Hari ini saya kembali merenungkan pesan Ayah dan Ibu untuk menggunakan waktu dengan cara yang bermanfaat. Menurut Ayah dan Ibu, menggunakan waktu dengan cara yang bermanfaat dapat membuat kita mengalami kemajuan dalam mencapai tujuan. 


Seidaknya ada tiga cara bagaimana menggunakan waktu dengan cara yang bermanfaat:

01. πŸ• Waktu bermanfaat adalah saat kita mengingat berbagai pelajaran yang kita terima dari Satguru dan para Guru (termasuk Orangtua). Selagi kita melakukan aktivitas sehari-hari (selagi kita makan/minum), ingatlah satu/dua poin pengetahuan/pelajaran yang kita dapatkan dari Satguru dan para Guru. Dengan mengingat satu/dua poin pelajaran maka kita selalu dalam kondisi tercerahkan; kelemahan, ketidaktahuan, atau ketidakpahaman kita akan terkikis.

02. πŸ•‘ Waktu bermanfaat adalah saat kita menjalani aktivitas untuk melakukan pelayanan / melakukan pekerjaan / mencari nafkah. Setidaknya kita memiliki delapan jam sehari untuk melakukan pelayanan kepada lingkungan. Pelayanan dapat dilakukan dengan cara memberikan perhatian, mendampingi, mendengarkan, memahami kebutuhan, dan memberikan informasi/bantuan yang dibutuhkan oleh orang lain. Dengan melakukan pelayanan, kita memberikan kemudahan/jalan bagi orang lain untuk juga mendapatkan kemajuan. Saat orang lain merasa diberikan kemudahan/jalan, orang lain akan memberikan restu baik (vibrasi positif) kepada kita; restu baik akan membuat kita merasa ringan/mudah dalam menjalani kehidupan. 

03. πŸ•’ Waktu bermanfaat adalah saat kita dapat membuat kondisi pikiran dan emosi kita untuk terus menerus merasa senang (ceria/gembira) dan tenang (damai). Senang dan tenang dapat diwujudkan dengan fokus selalu pada situasi/kondisi dari cerita/drama yang sedang kita hadapi saat ini di depan mata; fokus pada agenda yang sudah kita susun. Fokus pada situasi/kondisi saat ini, berarti: (a) tidak mengingat kejadian kemarin atau masa lalu yang berpotensi membuat kita merasa kecewa, galau, sedih, dll.; dan (b) tidak memikirkan atau mencemaskan masa depan. --> Jika kita senantiasa mengikuti waktu yang bermanfaat pada poin satu (mengingat pelajaran) dan poin dua (aktivitas pelayanan), maka masa depan kita sebenarnya sudah terjamin.


Jadi kesimpulannya, yuk... kita gunakan waktu dengan cara yang bermanfaat, dengan tiga cara

πŸ• Mengingat poin pelajaran dari Satguru dan para Guru (termasuk Orangtua).

πŸ•‘ Melakukan aktivitas pelayanan, berikan bantuan/kemudahan bagi lingkungan.

πŸ•’ Memusatkan (membuat fokus) pikiran pada situasi/kondisi saat ini; fokus pada agenda yang sudah kita susun.


Time is Waktu... πŸ’πŸŒΈπŸŒΉπŸŒ·πŸŒ»πŸŒΊ