Tuesday, September 21, 2010

03. Pengaruh Rasa Senang terhadap Kerendahan Hati atau Pengaruh Kerendahan Hati terhadap Rasa Senang?

Kita perlu menyenangi dan menikmati aktivitas yang kita lakukan. Saat kita menikmati aktivitas yang kita lakukan, kita tidak lagi mengharapkan pengakuan dari orang lain. Bagaimana logikanya?

Adakalanya kita ingin mengatakan atau setidaknya kita mengharapkan bahwa kontribusi positif yang ada di lingkungan, adalah karena “saya”. Kita ingin sekali mendapat pengakuan dari orang lain. Almarhum Asmuni (pelawak Srimulat), sering menyindir hal ini dengan lelucon “…untung ada saya... :) :) :) “

Hal yang perlu diketahui adalah, semakin kita ingin mendapatkan pengakuan, semakin (pikiran) kita terikat. Terikat dengan harapan yang kadang tidak terwujud.

Sumber cinta dan perhatian yang sesungguhnya, bukan dari orang lain, tetapi dari Sang Sumber (Tuhan YME, Allah, Bapa di Surga, Ida Sang Hyang Widi, atau apapun sebutan-Nya…) dan jangan lupa… dari Diri Sendiri :)

Tanpa perlu diharap-harap, Sang Sumber sebenarnya sudah memberikan pengakuan dan cinta kasih. Begitu pula pengakuan dan cinta kasih dari Diri Sendiri. Rasa senang terhadap aktivitas yang kita lakukan, adalah bentuk perhatian dan cinta kasih dari Sang Sumber dan dari Diri Sendiri.

Saat kita menyenangi dan menikmati aktivitas dalam mengerjakan tugas, kita sudah mendapatkan perhatian dan cinta yang penuh dari Sang Sumber dan Diri Sendiri. Dengan dua sumber itu, wadah kepuasan/kebahagiaan kita, seharusnya sudah penuh, bahkan luber.

Apakah kita masih menginginkan pengakuan (perhatian dan cinta) dari orang lain?

Kalau jawabannya “iya”, kita perlu sedikit merendahkan-hati, agar perhatian/cinta kasih dari Sang Sumber dan Diri Sendiri dapat lebih mengalir. Seperti halnya air; secara alami, air mengalir dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah :)