Thursday, October 14, 2010

01. Jubah & Masker: Perlengkapan bermain Dokter-dokteran

Dalam menangani penyakit yang agak berbahaya, dokter terlihat menggunakan jubah dan masker. Secara logika, hal ini tentu bertujuan untuk mencegah penularan dari penyakit yang sedang ditanganinya… pasti bukan untuk gaya-gayaan…hehehe...

Mungkin sama halnya dengan profesi psikolog, dalam menghadapi klien yang mengalami masalah/keluhan yang agak berat, psikolog seharusnya menggunakan “masker dan jubah” untuk mengantisipasi penularan keluhan yang dialami oleh klien.

Mengapa psikolog perlu menggunakan “masker dan jubah”? Psikolog perlu menggunakan “masker dan jubah” , karena mereka sepertinya lebih rentan daripada dokter yang menangani penyakit yang agak berbahaya. Untuk memahami keluhan yang dialami klien, psikolog kadang menggunakan kemampuan simpati (kemampuan untuk merasakan pikiran/emosi negatif) dan juga kemampuan empati (kemampuan untuk merasakan pikiran/emosi baik negatif maupun positif).

Kemampuan tersebut (khususnya simpati) sangat rentan menjadi boomerang bagi si psikolog, untuk membawa/men-transformasi hal/masalah/keluhan yang dialami klien menjadi suatu hal yang seolah-olah dialami oleh dirinya. Ibarat penyakit, hal ini seperti membawa penyakit yang dialami pasien ke dalam tubuh si dokter… wahhh… gawat… gawat darurat…bukannya si pasien sembuh, malah si dokter juga jadi sakit…

Nah…untuk itu, kita sebagai psikolog perlu belajar dari profesi dokter untuk mengenakan masker dan jubah… “masker dan jubah” yang dimaksud di sini adalah “pengetahuan” tentang: (a) diri sejati, (b) sang sumber kehidupan, (c) drama kehidupan, dan (d) pengetahuan mengenai orang lain, yang pada hakikatnya adalah keluarga kita.

Dengan keempat pengetahuan tersebut, kita sudah menggunakan “masker dan jubah”. Keempat pengetahuan tersebut juga berfungsi sebagai modal; modal untuk menolong orang lain, modal untuk memisahkan mana yang menjadi masalah dari diri sendiri dan mana yang menjadi masalah orang lain, modal untuk mengetahui sumber obat/penyembuhan sejati, dan modal untuk mengetahui prognosis (kemungkinan sembuh-tidaknya suatu penyakit/masalah).