Wednesday, February 23, 2011

10. Menyeberangi Samudra Hambatan dengan Perahu Fleksibilitas / Sikap Kompromi

Ternyata teori di dalam bidang ilmu elektro, ada juga yang dapat diterapkan dalam bidang psikologi. Ngobrol-ngobrol dengan sosok Pak Hadian, seorang dosen Elektro Untar, membuat kita berpikir tentang teori hambatan. Salah satu teori yang menjelaskan tentang hambatan adalah teori dari Georg Simon Ohm. Bapak Ohm berteori secara singkat, namun sarat makna…

Teorinya adalah sebagai berikut:

Hambatan (Ohm) = Tegangan (Volt) ÷ Arus (Amphere)

Bagi orang elektro, rumus tersebut sangat bermakna untuk menyelesaikan soal-soal yang diberikan pada saat ujian serta bermanfaat sebagai dasar pembuatan berbagai macam instrumen elektronik.

Nah… bagi kita orang psikologi, rumus tersebut untuk apa?

Rumus tersebut ternyata dapat dimanfaatkan untuk menjelaskan suatu fenomena. Di dalam kehidupan sehari-hari, ada kalanya kita senantiasa menghadapi tugas, pekerjaan rumah tangga, pekerjaan kantor (tegangan); ada kalanya kita merasa penat, tertekan, kesal (hambatan); dan ada kondisi di mana kita dialiri oleh berbagai buah pikiran yang baik (arus listrik).

Rumus di atas membuat kita merasa optimis, bahwa sebenarnya kita dapat mengubah perasaan penat, tertekan, kesal (hambatan) berdasarkan varibel lainnya. Variabel lain yang dimaksud adalah tugas (tegangan) dan aliran (arus) pikiran baik.  

Dari kedua variabel yang lain, yaitu tegangan dan arus, tampak bahwa variabel tegangan (tugas & tanggung jawab) sepertinya akan sulit diubah atau dikurangi oleh kita. Hal ini karena tugas dan tanggung jawab umumnya bersifat eksternal/terberi, bukan semata-mata dikehendaki oleh kita secara pribadi. Sedangkan variabel aliran (arus) pikiran baik, sepenuhnya berada di bawah kendali kita.  

Berdasarkan teori/rumus tersebut, secara mudah dapat kita jelaskan, bahwa untuk mengurangi hambatan, kita perlu memperbesar/menambah aliran (arus) pikiran baik. Semakin besar/banyak aliran (arus) pikiran baik, maka akan semakin kecil hambatan. Sebaliknya, semakin kecil/sedikit aliran (arus) pikiran baik, maka akan semakin besar hambatan. Dan jangan lupa… semakin banyak tugas (tegangan), semakin banyak atau semakin perlu kita mengalirkan (arus) pikiran baik…hehehe…

Salah satu pikiran baik yang perlu kita miliki adalah bersikap fleksibel dan kompromi. Dengan fleksibilitas dan sikap kompromi, kita memenangkan hati orang lain atau mengangkat harkat orang lain dalam derajat yang lebih tinggi, seraya tetap menyampaikan apa yang menjadi maksud baik kita kepada orang lain.

Fleksibilitas dan kompromi memungkinkan kita dapat mengakomodasi situasi yang muncul secara tidak terduga…