Saat rekan/saudara kita,
dirundung kebosanan, sering kali solusi yang diambil didasarkan pada logika
yang SANGAT SEDERHANA, yaitu: “agar tidak bosan, maka perlu adanya pergantian
suasana, perlu adanya variasi kegiatan, perlu langganan lebih banyak channel TV,
dan seterusnya... bahkan sampai berpikir.... untuk menghilangkan kebosanan, sesekali
perlu berganti partner...” wooww... LOGIKA SANGAT SEDERHANA namun SANGAT
BERISIKO... (hehehe... jadi inget konstruk psikologis yang namanya risk taking behavior...)
Logika di atas, bukanlah logika kita yang memahami
sumber kebahagiaan...
Kita yang memahami sumber kebahagiaan, akan sangat berhati-hati
dalam menganalisis mengapa sang jiwa mengalami
kebosanan.
Coba ingat-ingat, saat terakhir kali kita pernah merasa bosan....
Saat itu..., besar kemungkinan
muncul pikiran bahwa hal-hal di sekitar kita, tidak ada yang dapat memenuhi apa
yang kita inginkan. Hal-hal di sekitar kita (misalnya, situasi pekerjaan, orang-orang, atau berbagai acara TV), dirasa tidak membuat hidup ini bergairah/bermakna...
dirasa tidak memberikan sensasi.... Pokoknya...
bosan... bosan banget... nget...
Coba kita teliti
berulang-ulang... kira-kira... darimana
datangnya kebosanan tersebut?
Dari luar diri, atau dari dalam diri...
Logikanya... kalau kebosanan
datang dari luar, maka dengan mengganti
pekerjaan, beralih dari orang-orang di sekitar kita, atau dengan
mengganti-ganti acara TV, kebosanan itu akan hilang... Iya kalau kebosanannya
hilang... kalau minggu depan datang lagi? atau kalau besok datang lagi? atau yang
lebih parah... sudah gonta-ganti sono
sini, tetap saja bosan.... nah lho...?!??!!
Apakah tesis bahwa sumber
kebosanan tersebut datang dari luar
diri, masih kuat? (cek saja dengan pengalaman pribadi; apa hal-hal dari luar
diri kita yang menjadi sumber kebosanan. Kira-kira, kalau sumber kebosanan itu kita
ganti, apakah sumber kebosanan itu akan hilang atau datang lagi?)
Hanya kita yang cukup cerdas,
yang dapat memahami bahwa ternyata kebosanan
tersebut datang dari atau ada di
dalam diri, tepatnya bercokol dengan
sangat kuat, di dalam pikiran kita
sendiri... hiii.... kalau saja kita bisa
melihat sosoknya.... mengerikan lho Bro...
Kebosanan pada hakikatnya
adalah cara berpikir yang salah.
Cara berpikir yang salah, membuat kita merasa bosan... Mendiskusikan
cara berpikir yang salah boleh saja,
namun lebih kompleks dan agak membuang waktu...
Lebih mudah dan lebih efisien kita
mendiskusikan bagaimana CARA BERPIKIR
YANG BENAR...
CARA BERPIKIR YANG BENAR, membuat hidup ini
lebih bergairah dan lebih bersemangat...
CARA BERPIKIR YANG BENAR adalah:
Berpikir bahwa setiap hari setidaknya sudah ada satu TUJUAN yang sedang/telah kita capai; atau berpikir bahwa setidaknya ada satu AGENDA yang sedang/telah kita selesaikan.
Berpikir bahwa setiap hari setidaknya ada tiga NILAI yang kita terapkan, contoh: (02) nilai Love, (04) nilai Happiness, atau (06) nilai Cooperation. Arti dari contoh tersebut, yaitu:
- (02) hari ini setidaknya ada satu pengetahuan/pengalaman yang kita berikan/bagikan/ceritakan kepada orang lain, atau kepada-Nya;
- (04) hari ini setidaknya ada satu peristiwa atau satu orang yang membuat kita bersyukur menjadi lebih mengenal-Nya;
- (06) hari ini setidaknya ada satu orang yang kita ajak berkomunikasi... berkomunikasi tentang apa... ya tentang NILAI.... NILAI yang sudah kita atau rekan/saudara kita terapkan hari ini :-)
CARA BERPIKIR YANG BENAR, membuat hidup ini lebih bernilai
(jauh dari kebosanan) :-)
Yuk... kita ukur NILAI hidup kita yuk...
:-)