Kalau saudara/rekan kita sering komplain, kok kesannya
komplain itu adalah sesuatu yang nikmat
ya... Ciyus.... Sehari tidak
komplain, rasanya gimanaaa gicu...
Tapi nanti dulu... nikmat bagi siapa... atau
nikmat, mi apa?
Coba kita tanya orang yang sering kena komplain... apakah bagi mereka, komplain adalah sesuatu
yang nikmat juga... hehehe... coba saja sendiri... emang enak di-komplain
orang... :-)
Dalam memberikan komplain, kita umumnya
menggunakan kriteria yang ideal. Kriteria yang ideal tersebut, biasanya kita
dapatkan dari berbagai sumber, yaitu:
(a) dari pengalaman sebelumnya (dulu ya... zamannya....
kaya’ gini.. gini.. gini...; coba lihat zaman sekarang...; beda jauh kan....;
hehehe... emang beda jauh...);
(b) dari pengalaman negeri tetangga (coba kita
lihat kalau di negeri ...., tidak ada tuh yang ....; beda sekali dengan negeri
kita yang ....; hehehe... emang beda...);
(c) dari wangsit (seharusnya, manusia itu gini...
gini... gini...; tetapi mengapa manusia itu gini... gini... gini...; hehehe...
emang kita yang komplain bukan manusia);
Sudahlah bro... komplain itu pilihan... semakin
banyak kita komplain... belum tentu semakin banyak kebaikan/kebahagiaan yang
kita rasakan...
Kebaikan/kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya hal yang kita komplain... kebaikan/kebahagiaan berasal dari
seberapa banyak usaha (action) yang kita lakukan, agar kita tidak
di-komplain orang lain, atau khususnya oleh orang-orang terdekat kita...
Jadi kalau mau dirumuskan dengan suatu hipotesis,
maka rumusannya adalah sebagai berikut: Semakin banyak komplain yang kita
ajukan (termasuk komplain di dalam hati lho ya...), semakin banyak ketidak-bahagiaan
yang kita dapatkan.
Lalu kalau terpaksa harus komplain, bagaimana
caranya agar waktu dan energi tidak berpotensi hilang?
Hehehe... caranya sangat sulit... hehe...
maksudnya sangaaat mudah... saat kita mengajukan komplain, jangan lupa....
kalimat pertama yang harus diucapkan adalah “terima kasih...”; kemudian sebelum
mengajukan komplain berikutnya, kalimat kedua harus didahului dengan kata-kata
“terima kasih...”; demikian juga kalimat ketiga, harus didahului dengan kata-kata
“terima kasih...”, dst. Prinsipnya, selalu didahuli kata-kata “terima kasih...”
Hehehe... syukur-syukur... setelah mengucapkan
“terima kasih...” sebelum kalimat komplain pertama keluar, kita malahan tidak
jadi komplain... hehehe...
Kekuatan kata-kata “terima kasih”, boleh dicoba...
Kata-kata “terima kasih” adalah rem yang membuat
kita hemat energi...
Kata-kata “terima kasih” membuat kita menyadari
bahwa kita telah me-nerima kasih-Nya...
:-)