Saturday, December 8, 2012

04. Terima Kasih... Anda sudah Membuat Dunia Menjadi (Harus) Sempurna



Kalau saudara/rekan kita sering komplain, kok kesannya komplain itu adalah sesuatu yang nikmat ya... Ciyus.... Sehari tidak komplain, rasanya gimanaaa gicu...

Tapi nanti dulu... nikmat bagi siapa... atau nikmat, mi apa?

Coba kita tanya orang yang sering kena komplain... apakah bagi mereka, komplain adalah sesuatu yang nikmat juga... hehehe... coba saja sendiri... emang enak di-komplain orang... :-)

Dalam memberikan komplain, kita umumnya menggunakan kriteria yang ideal. Kriteria yang ideal tersebut, biasanya kita dapatkan dari berbagai sumber, yaitu:

(a) dari pengalaman sebelumnya (dulu ya... zamannya.... kaya’ gini.. gini.. gini...; coba lihat zaman sekarang...; beda jauh kan....; hehehe... emang beda jauh...);

(b) dari pengalaman negeri tetangga (coba kita lihat kalau di negeri ...., tidak ada tuh yang ....; beda sekali dengan negeri kita yang ....; hehehe... emang beda...);

(c) dari wangsit (seharusnya, manusia itu gini... gini... gini...; tetapi mengapa manusia itu gini... gini... gini...; hehehe... emang kita yang komplain bukan manusia);

Sudahlah bro... komplain itu pilihan... semakin banyak kita komplain... belum tentu semakin banyak kebaikan/kebahagiaan yang kita rasakan...

Kebaikan/kebahagiaan bukan berasal dari banyaknya hal yang kita komplain... kebaikan/kebahagiaan berasal dari seberapa banyak usaha (action) yang kita lakukan, agar kita tidak di-komplain orang lain, atau khususnya oleh orang-orang terdekat kita...

Jadi kalau mau dirumuskan dengan suatu hipotesis, maka rumusannya adalah sebagai berikut: Semakin banyak komplain yang kita ajukan (termasuk komplain di dalam hati lho ya...), semakin banyak ketidak-bahagiaan yang kita dapatkan.

Lalu kalau terpaksa harus komplain, bagaimana caranya agar waktu dan energi tidak berpotensi hilang?

Hehehe... caranya sangat sulit... hehe... maksudnya sangaaat mudah... saat kita mengajukan komplain, jangan lupa.... kalimat pertama yang harus diucapkan adalah “terima kasih...”; kemudian sebelum mengajukan komplain berikutnya, kalimat kedua harus didahului dengan kata-kata “terima kasih...”; demikian juga kalimat ketiga, harus didahului dengan kata-kata “terima kasih...”, dst. Prinsipnya, selalu didahuli kata-kata “terima kasih...”

Hehehe... syukur-syukur... setelah mengucapkan “terima kasih...” sebelum kalimat komplain pertama keluar, kita malahan tidak jadi komplain... hehehe...

Kekuatan kata-kata “terima kasih”, boleh dicoba...

Kata-kata “terima kasih” adalah rem yang membuat kita hemat energi...

Kata-kata “terima kasih” membuat kita menyadari bahwa kita telah me-nerima kasih-Nya...
 
:-)