Wednesday, March 19, 2025

11. Berapa Harga dari sebuah Waktu?

Ayah saya pernah berpesan bahwa waktu sangat berharga.

Orang-orang pun sering mengatakan bahwa waktu sangat berharga.

Bagaimana maksud dari waktu sangat berharga?


Berikut ini saya coba mengingat-ingat dan mengelaborasi tiga pesan Ayah terkait dengan waktu yang berharga


Pertama. Saat kita sudah mengetahui deadline (batas akhir dari kesempatan/waktu yang diberikan), maka kita akan mulai menghargai waktu; waktu menjadi sangat berharga. Berapa lama lagi waktu yang diberikan kepada kita, kepada orang terdekat kita, atau kepada sahabat kita? Saat kita mengetahui secara pasti deadline (batas waktu) dari diri kita, dari orang tua kita, atau dari sahabat kita, kita akan mulai menyadari bahwa waktu menjadi sangat berharga.

Kedua. Waktu (yang terbatas) akan sangat berharga jika kita dapat memberikan manfaat, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain atau untuk orang-orang terdekat. Harga dari waktu yang terbatas, diukur dari seberapa besar manfaat yang dapat kita peroleh/berikan.

Ketiga. Manfaat yang kita berikan, dapat bersifat: (a) terbatas (fisik) atau (b) bersifat tidak terbatas (non-fisik: pengetahuan, kedamaian, kebahagiaan). Berbagi kedamaian dan keceriaan dapat kita lakukan kapan saja, khususnya saat kita tidak memiliki banyak harta yang bersifat fisik. 


Nah, berdasarkan ketiga pesan tersebut, waktu sangat berharga saat kita mempertimbangkan dan memutuskan untuk memberikan manfaat yang bersifat tidak terbatas (non-fisik), saat waktu kita terbatas.


Terima kasih, selamat pagi, selamat beraktivitas 🙏🌷🌼🌻🌺🤗🌹🪷💮🌸💐😇

Sunday, January 26, 2025

12. The Sound of Silence: Bagaimana Suara dari Keheningan?

Bersuara (kondisi dengan suara) adalah suatu kebiasaan..., 

Kebiasaan tersebut semakin menguat karena kita sering banget ingin membuat program yang selalu ada suara. Misalnya: program kuliah umum, konser lagu/musik, diskusi, seminar, kumpul-kumpul/ketawa-ketiwi, pertunjukan drama, dll..

Coba cek deh, kalau kita lagi sendirian.... kaya'nya nggak enak kalau nggak stel TV (pakai suara), nggak enak mau tidur, mau mandi, mau makan, dll. tanpa musik/tanpa lagu/tanpa video/tanpa suara?

Pokoknya, kita terbiasa selalu ingin dalam kondisi yang ada suara; hehehe... aneh juga ya ... kalau ada acara kumpul rame-rame.... tapi nggak ada suara atau minim suara😀😄


Oleh karena bersuara sudah menjadi kebiasaan; tampaknya kita nggak perlu menciptakan keinginan untuk berada dalam kondisi/situasi bersuara...,  

Kondisi psikologis yang justru perlu diciptakan  adalah keinginan untuk berada dalam situasi/kondisi tanpa suara... 

Tampaknya adalah hal yang bagus, kalau kondisi tanpa suara bisa menjadi kebiasaan... seperti kita terbiasa dalam kondisi dengan suara.


Jadi, untuk mengimbangi situasi/kondisi dengan suara, bagaimana kalau kita berencana membuat program yang tanpa suara atau program menghening cipta bersama... sehening-heningnya malam tanpa bulan, Bro... 🌃🌌🌉


Marilah kita mengheningkan cipta....

1, 2, 3, 4, 5, 6, ....

Mengheningkan cipta selesai...

Lho... perasaan... baru dimulai...

Keheningan adalah hal yang unik, yang mungkin jarang diprogramkan atau jarang diinginkan


Kita boleh berpikir  atau memproyeksikan kondisi kita pada masa-masa beberapa tahun ke depan..., 

Ketika waktu kta semakin "dekat", kemungkinan (besar) kita akan banyak berada dalam kondisi keheningan...(atau kesepian?)

- Mungkin orang-orang yang dulu dekat dengan kita, akan punya kesibukan lain

- Mungkin anak-anak yang dulu biasa ada di rumah bersama kita, akan sibuk bekerja;

- Mungkin pasangan/sahabat sudah meninggalkan badan (berpulang) satu per satu;

- Mungkin kita dalam kondisi sakit, kurang sehat, sendirian di kamar;

- Mungkin kita kehabisan pulsa, sehingga tidak dapat akses internet 🤗;

- Mungkin kita dalam keadaan terpuruk lainnya, yang membuat kita tidak dapat mengakses suara.


Pokoknya..., banyak kemungkinan yang akan kita hadapi di masa depan, yang mungkin membuat kita jauh dari acara/kondisi/situasi dengan suara.


Lalu apa yang kita perlukan? 

Bersiaplah... berlatihlah...

Berlatih, hingga kondisi keheningan menjadi senyaman kondisi bersuara.


Coba kita simulasikan...

Kalau kita punya waktu 10 menit, bagaimana kita akan menggunakan waktu tersebut?

Opsi 1: 10 menit dalam kondisi bersuara?

Opsi 2: 5 menit dalam kondisi bersuara; 5 menit dalam kondisi keheningan?

Opsi 3: 10 menit dalam kondisi keheningan?


Apakah kita sudah nyaman dengan Opsi 3. Jika kita nyman dengan Opsi 3, maka kita sudah "siap", merasa nyaman dalam kondisi keheningan, tanpa merasa kesepian... (di masa mendatang).

Kalau belum bisa Opsi 3, setidaknya pilih Opsi 2.

Kata Ayah saya, keheningan (silence) memiliki keunggulan dari iptek/science. Kata Beliau, di dalam keheningan (silence), kita mendapatkan penglihatan ilahi (divine vision). 


Latihan untuk Opsi 3 atau Opsi 2, dapat dimulai atau dijembatani dengan kondisi duduk tenang sambil mendengarkan musik instrumental --> suara lagi ya Bro./Sis.? ☺️😍 --> nggak apa ya Bro./Sis., hanya jembatan untuk masuk ke dalam situasi / kondisi / perenungan tanpa suara, atau melampaui (kecepatan) suara.

Salah satu musik instrumental yang dapat dicoba untuk berlatih keheningan (silence) adalah lagu The Sound of Silence (versi Panflute Instrument)... atau The Sound of Silence versi Nini Music. (versi Yueqin dan Erhu Instrument).

Lagu tersebut pernah digunakan untuk dalam Peringatan 10 Tahun Peristiwa 9/11 (Keruntuhan Twin Tower / World Trade Center di tahun 2001) --> sambil mengheningkan cipta ya Bro. 😇🫰


Judul lagu itu unik, Bro... Silence kok ada Sound-nya... Coba bayangkan suara dari keheningan? Suaranya seperti apa ya? 

🌺🌻🌼🌹

Sunday, December 8, 2024

07. Judi Online dan Hukum Karma

Semakin hari, semakin banyak berita tentang judi online.

Artikel ini disusun dalam rangka melengkapi materi seminar mengenai "Cara Mengatasi Kecanduan Judi Online".

Untuk memahami judi online, tidak perlu kita terjebak dahulu sebagai pemain ataupun korban judi online.

Kesenangan yang diterima kita saat mengalami kemenangan adalah kesedihan bagi orang lain. Di balik kemenangan yang kita alami, ada kesedihan bagi orang lain. Kesedihan banyak orang terakumulasi dalam kesenangan/kemenangan kita.

Apakah kita bisa terbebas dari kesedihan yang pernah kita berikan kepada orang lain?

Hati-hati....


Kemenangan/kesenangan yang kita terima atas kesedihan dari orang lain, akan kembali ke diri kita.

Absolutly, cepat atau lambat kita akan mengalami penderitaan/kesedihan atas kemenangan yang kita alami.


Bagaimana penjelasannya?: Pahami Hukum Karma (The Law of Karma)


01. Apa yang kita terima, adalah apa yang kita beri.

- Jika kita memberi happiness, kita akan menerima happiness.

- Jika kita memberi kesedihan, kita akan menerima kesedihan.


02. Pada saat kita memberi happiness kepada orang lain, mengapa kita menerima kesedihan?

- Perlu dipahami bahwa kita adalah jiwa. Jiwa bukan hidup saat/waktu ini saja; ada kehidupan yang pernah dijalani oleh sang jiwa.

- Apa yang diterima oleh sang Jiwa saat/waktu ini, adalah apa yang diberikan oleh sang Jiwa di kehidupan yang pernah dijalani.


03. Jumlah yang diterima sang Jiwa = jumlah yang diberikan sang Jiwa.

- Semakin banyak happiness diberikan, semakin banyak happiness diterima.

- Semakin banyak kesedihan diberikan, semakin banyak kesedihan diterima.


04. The Law of Karma bersifat Absolut; berlaku untuk siapa pun, tidak memandang status, tidak memandang laki/perempuan, dsb.


05. Bagaimana cara menghentikan kesedihan dan menambah happiness?

- Untuk menghentikan kesedihan di masa datang, sang Jiwa perlu berhenti memberi kesedihan di masa/waktu ini.

- Untuk menghentikan kesedihan di masa datang, sang Jiwa perlu tetap memberi happiness di masa/waktu ini.


06. The Law of Karma adalah perwujudan/bentuk Tanggung Jawab (Responsibility) yang sesungguhnya. Tanda bahwa kita bertanggung jawab adalah kita mampu memahami hukum karma (The Law of Karma); kita menerima semua hal yang terjadi pada diri kita; menerima semua buah atas apa yang kita katakan, atas apa yang kita lakukan.  


07. Tindakan (Karma) yang direncanakan/disadari (penuh awareness), akan membuat kita dapat mengantisipasi hasil (buah) dari tindakan (karma) yang kita lakukan. Misalnya:

- berpikir/berencana sebelum kita berkata-kata;

- berpikir/berencana sebelum kita bertindak.


Jadi, bagaimana rekomendasi terkait Judi Online?

- Bagi pemain judi, berhentilah memberikan kesedihan bagi orang lain.

- Bagi yang belum pernah mencoba, berhati-hati, pahami Hukum Karma.