Sunday, January 17, 2021

08. Peran Ayah/Ibu sebagai Teman/Sahabat: OK. Sebagai Anak?

Ayah/Ibu sering mengatakan bahwa silakan melupakan semua hubungan yang bersifat fisik dengan teman-teman...

Hari ini saya mendapatkan jawaban mengapa Ayah/Ibu sering menyampaikan hal tersebut...

Hari ini, Ayah/Ibu memberikan pemahamanan (insight) mengenai variasi/jenis hubungan dengan orang tua. 

Sebelum menyampaikan insight dari orang tua, saya jadi teringat dengan istilah "kualitas"....

hehehe... juga jadi teringat dengan prinsip dalam penelitian kualitatif; Teman-teman suka bertanya: berapa idealnya jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif

nahhh... insight dari Ayah/Ibu pada hari ini menambah pemahaman saya, bahwa jumlah partisipan dalam penelitian kualitatif dirasa cukup, ketika seluruh variasi data sudah diperoleh... bahkah dari sedikit partisipan, jika kita sudah mendapatkan seluruh variasi data, proses pengambilan data boleh kita akhiri.

Hari ini, Ayah memberikan insight bahwa ternyata satu sosok Ayah/Ibu, bisa untuk semua variasi/jenis hubungan.

Selama ini saya hanya menganggap Ayah/Ibu hanya sebagai Orang Tua...

Tetapi hari ini, Ayah/Ibu mengatakan bahwa Ia boleh lho dianggap sebagai Teman/Sahabat, bahkan juga boleh sebagai Anak.... 


l h o   k o k.... el ha o, ka o ka ?


Ayah/Ibu sebagai Teman/Sahabat.

Peran ini sering kita dengar... 

Dari sudut pandang orang tua... konon katanya di usia tertentu (remaja), anak sebaiknya kita anggap sebagai teman.... 

Saya setuju dengan konsep di atas... namun saya pikir konsep yang ditawarkan oleh orang tua hari ini agak berbeda... bedanya?

Kalau dari sudut pandang orang tua: Anak kita anggap sebagai Teman/Sahabat. (subjeknya adalah anak)

Kalau dari sudut pandang anak: Orang Tua sebagai Teman/Sahabat (subjeknya adalah orang tua)

Ayah/Ibu menyatakan bahwa mereka siap lho anggap sebagai teman/sahabat...

Dengan peran ini, Ayah/Ibu bersedia diajak sharing/curhat mengenai berbagai masalah yang kita hadapi... Kita nggak perlu repot mencari siapa teman yang bisa dipercaya untuk curhat... di depan mata... Ayah/Ibu menawarkan diri sebagai teman curhat....  

Sebagai teman/sahabat, Ayah/Ibu menyatakan datanglah kepada kami... kapan pun kita merasa kesepian, Ayah/Ibu boleh kita anggap sebagai teman/sahabat. 

Wahhh... senangnya mendengar bahwa Ayah/Ibu ternyata bersedia lho dianggap sebagai teman/sahabat....


Nah... sekarang giliran penjelasan Ayah/Ibu dianggap sebagai Anak....

Nah... ini yang unik... ini memang kedengarannya Aneh... Ayah/Ibu sebagai Anak lho.... wong... jelas-jelas kita selama ini berperan sebagai anak-anak.... lho kok Ayah/Ibu mengatakan bahwa dirinya boleh dianggap sebagai Anak... lahh piye iki... bagaimana ini dunia persilatan? 

Ayah/Ibu saya tersenyum... dan memberitahu... 

Begini Nak... yang kita bicarakan ini adalah jenis/kualitas hubungan, bukan dalam arti fisik.... ini sangat psikologis.

Perlu kalian anak-anak ketahui, bahwa saat kami pada posisi sebagai orang tua... Kami melihat/mengingat kalian anak-anak dengan kondisi emosional yang banyak kasih, banyak kebanggaan, banyak restu baik... Kadang pada saat kalian anak-anak berbuat salah pun, kami orang tua banyak memakluminya.... hehehe... apalagi kalian anak-anak waktu itu lagi lucu-lucunya....

Ketika kami sebagai orang tua merasakan kesepian, kami melihat kalian anak-anak..., kami sudah merasa bahagia, senang rasanya melihat kalian ada di rumah, walaupun kalian sibuk/asyik main sendiri. 

Bahkan berdasarkan rekan Ayah/Ibu yang tidak memiliki anak, kata mereka hidup ini kurang lengkap... mereka mengangkat anak dan berbahagia melihat sosok anak-anak...  

Terharu saya mendengar apa yang disampaikan Ayah/Ibu.... 

Saya mulai memahami apa yang dimaksud oleh Ayah/Ibu dengan pernyataan bahwa kita boleh menganggap Ayah/Ibu sebagai Anak kita.... 

Saya mencoba merasakan bagaimana pengalaman psikologis ketika mengalami jenis hubungan menganggap Ayah/Ibu sebagai Anak.

Saat kita memiliki pengalaman dimana Ayah/Ibu kita anggap sebagai Anak.... pada saat itu kita akan merasakan banyak kasih, banyak kebanggaan, banyak restu baik terhadap sosok Ayah/Ibu..., kita merasakan bahwa hidup ini terasa lengkap... 

Terima kasih Ayah/Ibu sudah menawarkan diri sebagai Teman/Sahabat, bahkan sebagai Anak.... 

#Kuantitastemananpenting #Kualitashubungandenganayahibulebihpenting