Thursday, May 3, 2012

08. Berhubungan Intim dengan Orang Tua

Tulisan ini memposisikan kita sebagai anak. Mengapa?

Di antara kita, mungkin saja ada yang bukan sebagai orang tua; tetapi, di antara kita, tidak ada yang bukan sebagai anak. Di antara kita pasti sedang/pernah pada posisi sebagai anak.
iya kan... :) 

Bentuk hubungan antara anak terhadap orang tua ada lima jenis.

Jenis pertama, hubungan yang diwarnai permintaan. Hubungan jenis pertama ini adalah hubungan yang paling umum dilakukan oleh kita sebagai anak terhadap orang tua. Khususnya saat kita masih kecil-kecil, mungkin kita mengatakan "Pa/Ma minta .... ", "Pa/Ma beliin .... ", "Ma/Pa, saya mau...", dst., dst. dengan sederet permintaan... Mudah-mudahan saat kita sudah besar (nanti), warna hubungan ini mulai memudar atau bahkan tidak ada sama sekali...

Jenis kedua, hubungan yang diwarnai keluhan. Hubungan jenis kedua ini sama banyaknya dengan hubungan jenis pertama. Jika permintaan tidak dipenuhi, biasanya anak kemudian mengeluh. "yahh Mama... yahh Papa...", "Mengapa harus begini Pa/Ma...?" hehehe...jadi inget judul rubrik di Majalah Kartini sekitar tahun 80an... "Oh Mama... Oh Papa..." Keluhan sama dengan "curhat" nggak ya?

Jenis ketiga, hubungan yang diwarnai harapan. Harapan sekilas sama dengan permintaan dan keluhan. Perbedaan harapan dan permintaan: besarnya keinginan untuk dipenuhi; saat kita berharap, keinginan untuk dipenuhi tidak sebesar pada saat kita meminta. Perbedaan harapan dan keluhan: valensi/muatan; saat kita berharap, valensi/muatan lebih positif dibandingkan pada saat kita mengeluh. Risiko dari harapan (berharap) yaitu kadang kita diliputi oleh perasaan cemas.

Jenis keempat, hubungan yang diwarnai pertanyaan (ingin mendapatkan jawaban). Sebagai anak, kita mungkin masih ingat, kita sering bertanya kepada orang tua "itu fenomena apa ya Pa/Ma... ?", "Pa/Ma... bagaimana kalau ....?", "Ma/Pa... setelah tamat SMA nanti, bagusnya masuk jurusan apa ya...?" Jenis hubungan ini mulai netral (tidak diwarnai tuntutan/permintaan, tidak bersifat mengeluh, dan juga tidak berharap banyak kepada orang tua). Orang tua dianggap sebagai konselor niih? Tapi kita perlu hati-hati... hubungan jenis ini (yang diwarnai pertanyaan) kadang terpeleset menjadi hubungan jenis kedua (keluhan) atau jenis ketiga (harapan). (maksudnya netral, mau berdiskusi/tukar pikiran, ehhh... malah mengeluh atau berharap...)
 
Jenis kelima, hubungan yang sama sekali tidak diwarnai permintaan, keluhan, harapan, ataupun pertanyaan. Hubungan jenis kelima diwarnai oleh perasaan kasih (terima kasih) dan keinginan untuk membalas budi baik orang tua. (walaupun kebanyakan orang tua sangat tulus dan tidak tega meminta, mengeluh, bertanya, ataupun berharap kepada kita untuk membalas budi) 

Hubungan jenis kelima, biasanya diwujudkan dengan kebalikan dari keempat jenis hubungan yang pertama.
  1. Bukan meminta kepada orang tua, tetapi memberi kepada orang tua.
  2. Bukan mengeluh (membagi/memberi kesedihan) kepada orang tua, tetapi membagi kebahagiaan kepada orang tua.
  3. Bukan mengharap sesuatu dari orang tua. Tetapi memenuhi harapan orang tua.  
  4. Bukan bertanya mengenai jawaban soal ujian kepada orang tua, tetapi berusaha menjawab soal ujian (bukan ujian nasional lho ya... tapi ujian kehidupan). Mudah-mudahan orang tua senang melihat kita mau berusaha, apalagi mampu berusaha.

Pertanyaan untuk penelitian lebih lanjut (walaupun tidak ada latar belakangnya...) hehehe...
  • Faktor-faktor apa yang memengaruhi jenis hubungan kita dengan orang tua?
  • Apakah tingkat perkembangan moral, memengaruhi jenis hubungan kita dengan orang tua?
  • Siapa yang benar-benar kita anggap sebagai orang tua? (eehhh...emangnya ada, research question dimulai dengan kata-kata siapa...hehehe... ya ada donk... contoh ya itu tadi... coba saja kita lakukan survey kepada seluruh (populasi) umat manusia....siapa yang benar-benar kita anggap sebagai orang tua?)