Wednesday, November 3, 2010

08. Membicarakan Sifat Orang Lain = Membicarakan Sifat Diri Sendiri

Ketika kita dapat melihat lebih dekat pada diri sendiri, kita bisa melihat sifat (trait) mana dalam kepribadian kita, yang ingin kita ubah (menjadi lebih positif). Sebutlah misalnya sifat/kecenderungan untuk mengobservasi dan membicarakan perilaku orang lain “yang kurang berkenan bagi kita”. Misalnya lho ya...

Mengobservasi perilaku orang lain pada hakikatnya adalah hal yang netral. Tetapi, membicarakan perilaku orang lain “yang kurang berkenan bagi kita”…belum tentu netral…

Saat kita membicarakan perilaku orang lain, yang terjadi adalah proses proyeksi. Isi pembicaraan mengenai perilaku orang lain, adalah cermin dari kualitas yang ada di dalam diri kita. Sulit bagi kita yang punya kualitas bijaksana, untuk mengatakan bahwa orang lain tidak bijaksana. Sulit bagi kita yang punya kualitas welas asih, mengatakan orang lain pelit. Sulit bagi kita yang punya kualitas pemaaf, mengatakan bahwa orang lain pemarah. Sulit bagi kita yang punya kualitas menghargai, mengatakan bahwa orang lain kurang sopan…hehehe…

Jika kita punya kualitas menghargai, welas asih, pemaaf, dan bijaksana, kita tidak akan membicarakan perilaku orang lain "yang kurang berkenan bagi kita". Sifat-sifat orang lain yang kita bicarakan, adalah sifat-sifat diri kita. Mengubah sifat orang lain = mengubah sifat diri sendiri.

Lain halnya saat kita membicarakan perilaku orang lain secara professional. Saat membahas perilaku orang lain secara professional, output-nya adalah berupa laporan pemeriksaan psikologis atau berupa point-point rekomendasi untuk perbaikan diri sendiri dan juga untuk perbaikan orang lain.

Pertanyaannya: Bagaimana laporan psikologis yang dibuat oleh professional yang memiliki sifat/kualitas menghargai, welas asih, pemaaf, dan bijaksana? :)